Staf Khusus Presiden bidang Ekonomi Ahmad Erani Yustika mengatakan, ada kontribusi presiden-presiden terdahulu Indonesia sejak proklamasi. Pasalnya setiap pemerintahan mempunyai komitmen yang sama dalam mengurangi kemiskinan.
"Yang dicapai pemerintah saat ini (kemiskinan) di bawah 10% itu bagian dari rencana dan realisasi yang sudah diperjuangkan pemimpin sebelumnya juga," kata Erani di di Sekolah Tinggi Ilmu Statistik, Jakarta Timur, Kamis (25/10/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pembangunan tidak lantas tiba tiba, itu perjuangan semua pemimpin bangsa ini termasuk seluruh rakyat yang mendukung kebijakan pemerintah," sebutnya.
Dia mencontohkan pada 1970-an angka kemiskinan sekitar 60%, namun pada 1993 turun menjadi 13-14%.
"Itu artinya selama kurun 23 tahun, angka kemiskinan berkurang 46%. Jadi pada masa itu, 23 tahun terjadi upaya sistematis mengurangi angka kemiskinan," ujarnya.
Erani menambahkan pasca krisis ekonomi 1998 di Indonesia, angka kemiskinan kembali melonjak, dari 14% menjadi 27-28%. Menurutnya situasi ekonomi serba gelap masa itu, dan angka kemiskinan melonjak dari 14%, tiba tiba tahun 1998 (angka kemiskinan) 27-28%.
Dia mengibaratkan apa yang sudah dilakukan dengan susah payah sebelumnya, kemudian seperti pasir yang terbang begitu saja karena krisis ekonomi.
Selanjutnya, pasca krisis, presiden yang diberi amanat tetap melanjutkan upaya mengurangi angka kemiskinan. Mereka mengeluarkan program dan kebijakan yang dirasa paling pas di masanya.
"Nah beberapa kebijakan ini yang kemudian saling melengkapi dari keseluruhan program anti kemiskinan dari pemerintah sebelumnya," tambahnya.
Tonton juga 'BPS: Angka Kemiskinan 9,82% Tidak Kecil':
(hns/hns)