Setiap harinya, Jali harus menyetorkan hasil 'narik' kepada bosnya sebesar Rp 350 ribu. Jumlah tersebut merupakan penurunan setoran yang awalnya mencapai Rp 600 ribuan.
Jali juga harus memotong kembali pemasukannya untuk keperluan bahan bakar busnya senilai Rp 200 ribu. Lalu untuk perharinya sendiri kisaran pendapatan kotor Jali hanya menyentuh kisaran Rp 750 ribu-Rp 850 ribu, otomatis tidak banyak hasil 'narik' yang ia bawa pulang.
"Ya nggak banyak kalau sekarang mah, nembus Rp 500 ribu buat dibawa pulang aja udah jarang banget sekarang, paling Rp 200-300 ribu. Ini aja udah se-rit (bolak-balik) gocap aja belum dapat," kisah Jali sambil menghitung uangnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sudah biasa Jali mendengarkan hal tersebut, "masuk kuping kiri, keluar kuping kanan saja lah," katanya.