Jali bingung hendak ke mana lagi dia mencari uang apabila benar-benar Metromini terjun ke jurang ketiadaan. Mengingat dirinya pun hanya pernah mengenyam pendidikan hingga bangku SMP, itupun tidak lulus.
Satu-satunya keahlian yang dia miliki hanyalah menyupir. Pernah Jali mencoba alih profesi menjadi sopir mobil angkutan online, namun menurutnya tidak ada perbedaan signifikan yang ia dapatkan.
Apalagi saat itu mobil yang ia gunakan, hanya pinjaman, dan tetap saja harus memberikan setoran.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kini, Jali cuma berharap satu hal, dia hanya ingin tetap mengemudikan Metromini untuk menyambung hidupnya. Metromini di matanya tidak akan pernah ada matinya, meskipun sudah ditekan kanan kiri, meskipun juga penumpangnya sudah dicuri sana sini.
Pesimistis Bos Jali : Kita Dihancurkan Pelan-Pelan
Makin terpinggirkannya Metromini juga dikeluhkan oleh pihak operator. Wahyudi contohnya, penanggung jawab Pool Metromini Haji Tarno di Rempoa, Jakarta Selatan ini mengatakan Metromini bagaikan dihancurkan secara perlahan.
"Jujur-jujur saja, kita sekarang bagaikan dihancurkan secara pelan-pelan saja. Kita tinggal nunggu waktu aja ini, kalau masih bisa jalan, masih bisa diperpanjang izinnya ya sudah kami masih jalan," kata Wahyudi.
Wahyudi berkisah kini bisnisnya makin mendekati rugi. Hal tersebut akibat makin miniminimnya penumpang Metromini yang berimbas pada setoran yang diberikan para sopir kepadanya.
"Sekarang setoran itu minim, biar kata udah diturunin jadi Rp 350 ribu/hari. Itu aja paling mereka sopir-sopir kasih setoran cuma Rp 250 ribu paling banter," ungkap Wahyudi.
"Duit segitu masih kita arahin buat servis, beli ban, segala macam," tambahnya.
Untuk berharap banyak Wahyudi pun sudah tidak berani lagi. Menurutnya, apabila memang sudah waktunya Metromini berhenti beroperasi dia mengaku ikhlas dan rela saja.
"Dibilang berharap ya mau berharap apalagi, sekarang ya kalo masih bisa jalan ya kita jalan, kalau udah nggak bisa ya yaudah kita ikhlas dan rela aja berhenti. Paling busnya kita potong-potong aja, besi bekasnya dijual biar ada untungnya dikit," ungkap Wahyudi.
Wahyudi makin bingung harus berbuat apalagi pada usahanya, dia memang mengakui Metromini telah kalah bersaing dengan transportasi lain.
"Memang transportasi, teknologi sudah maju kan ya, memang Metro ini udah kalah. Saya juga bingung mau bagaimana lagi, kalau memang sudah waktunya," ungkap Wahyudi.
Untuk para sopirnya, Wahyudi hanya berpesan satu hal. Selagi masih ada kesempatan untuk 'narik' Metromini, pergunakan lah dengan baik, karena menurutnya umur Metromini sudah tidak lama lagi.
"Mumpung masih bisa jalan ya buat para sopir narik yang bener aja, dipergunakan yang baik. Kalau sudah waktunya (berhenti operasi) saya bisa apa? Bukannya nggak mau kasih kerjaan, sekarang ya usaha aja dulu lah ya," kata Wahyudi.