-
Badan Pusat Statistik (BPS) telah mengumumkan angka inflasi periode Maret 2019. Secara bulanan inflasi tercatat 0,11%. Penyebab inflasi antara lain tarif angkutan udara hingga harga volatile food.
BPS mengungkapkan ada hal yang tidak biasa dengan inflasi yang terjadi pada peningkatan harga tiket pesawat di bulan Maret.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat adanya inflasi sebesar 0,11% di Maret 2019. Secara tahunan (year on year) inflasi Maret 2019 tercatat 2,48%
"Inflasi Maret 2019. Kalau kita lihat perkembangan harga pada maret 2019 ini secara umum menunjukan adanya kenaikan. Berdasarkan pemantauan BPS di 82 kota inflasi pada M 2019 ini terjadi inflasi 0,11%," kata Kepala BPS Suhariyanto saat jumpa pers di kantornya, Senin (1/4/2018).
"Dengan inflasi 0,11% pada Maret 2019 ini. Menjadikan inflasi tahun kalender 2019 sebesar 0,35% dan inflasi yoy adalah 2,48%," tambahnya.
Ia mengatakan, dengan catatan dari 82 kota inflasi yang dipantau 51 kota inflasi sementara 31 kota deflasi.
"Menurut kota, tertinggi inflasi di Ambon 0,86%. Kalau ditelusuri ke dalam penyebab adalah tarif angkutan udara. Inflasi terendah Bekasi dan Tangerang 0,01%," ujarnya.
Menurutnya, deflasi tertinggi terjadi di Tual -3,03% karena ada penurunan harga komoditas ikan. Ikan memang menjadi komoditas utama di Tual.
BPS menyebutkan angka inflasi tertinggi terjadi di Ambon 0,86% karena tarif pesawat. "Menurut kota tertinggi inflasi di ambon 0,86%. Kalau ditelusuri ke dalam penyebab adalah tarif angkutan udara," kata Kepala BPS Suhariyanto dalam jumpa pers di kantornya, Jakarta Pusat, Senin (1/4/2019).
Sektor kesehatan dan pakaian juga menyumbang inflasi Maret. Dua sektor tersebut menyumbang inflasi masing-masing 0,24% dan 0,23%.
"Inflasi maret 2019 0,11%, yang terdeteksi awal untuk bahan makanan 0,01%. Kelompok bahan makanan tidak berikan andil inflasi. Inflasi tertinggi kesehatan dan sandang," ujar Suhariyanto.
Kelompok bahan makanan mengalami deflasi tipis 0,01% karena terjadi penurunan harga pada beras, daging ayam ras, ikan segar.
Di sisi lain, ada kelompok bahan makanan yang mengalami kenaikan, seperti bawang merah, bawang putih dan cabai merah.
"Komoditas makanan juga ada yang meningkat, seperti bawang merah alami peningkatan dan inflasi 0,06%. Kedua bawang putih terjadi kenaikan dan berikan andil 0,04% dan jenis sayuran cabai merah 0,01%," tutur Suhariyanto.
Suhariyanto melanjutkan, untuk kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau mengalami inflasi 0,21% dengan andil 0,04%. Kemudian untuk perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar memberikan sumbangan ke inflasi 0,03%.
"Komoditas yang dominan berikan andil ke inflasi tarif kontrak rumah upah PRT. sebaliknya ada komoditas yang andil deflasi tarif listrik deflasi 0,01%. PLN 900 va per kwh jadi 1300 mulai 1 maret 2019 berikan andil deflasi 0,01%," tambah Suhariyanto.
Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan harga tiket pesawat atau angkutan udara menjadi salah satu kontributor inflasi Maret 2019.
Sejumlah wilayah mencatatkan angka inflasi angkutan udara yang sangat tinggi. Kepala BPS Suhariyanto menjelaskan ada sejumlah wilayah yang mencatatkan inflasi tinggi akibat angkutan udara atau tiket pesawat yang masih mahal.
Dia menyebutkan misalnya Kota Tual, Maluku Utara mencatatkan inflasi angkutan udara 32,14% secara bulanan (month to month/mtm). Kemudian kota Bungo, Jambi inflasinya mencapai 27,38%. Selanjutnya Kota Ambon 20,83%, Kota Malang 14,13% dan Manokwari 13,2%.
"Ini beberapa contoh wilayah di mana angkutan udara yang cukup tinggi," ujar Suhariyanto dalam konferensi pers di kantor BPS, Jakarta Pusat, Senin (1/4/2019).
Dia menjelaskan hal ini tidak biasa. Menurut dia pola kenaikan harga ini biasanya terjadi pada musim tertentu seperti Natal, Tahun Baru, libur anak sekolah sampai libur lebaran.
"Biasanya angkutan udara ini ada Januari, tapi ternyata masih ada juga di Februari, kemudian sampai Maret juga masih terasa 0,03%," jelas dia.
Selanjutnya, Suhariyanto mengharapkan kebijakan baru terkait harga tiket pesawat bisa efektif.
"Mudah-mudahan dengan kebijakan tersebut bulan depan harga bisa stabil," jelasnya.
Kemudian disebutkan angka tiket pesawat tersebut hanya salah satu kontributor penyebab inflasi namun bukan yang utama.
Kepala BPS Suhariyanto menjelaskan penurunan ini terjadi akibat mahalnya harga tiket pesawat.
Dia menyebutkan pada Februari 2019 penumpang pesawat berjumlah 5,63 juta turun 15,64% dibandingkan periode Februari 2018 sebanyak 6,6 juta.
"Ada penurunan pada jumlah penumpang angkutan udara. Memang persoalannya harga tiket yang menjadi keluhan, ini terlihat di berbagai airport," ujar Suhariyanto dalam konferensi pers di Kantor BPS, Jakarta Pusat, Senin (1/4/2019).
Dia menyebutkan tiket pesawat ini sendiri bahkan ikut menyumbang inflasi Maret 2019. Tarif angkutan udara sendiri memberikan andil inflasi sebesar 0,04% dari inflasi keseluruhan Maret 2019 yakni 0,11%.
"Transportasi 0,10% andilnya itu 0,02%. Komoditas memberikan andil kepada inflasi adalah tarif angkutan udara 0,03%," jelasnya.
Akan tetapi kenaikan angka inflasi pada transportasi udara ini sangat tidak wajar. Mengingat jika pengalaman tahun-tahun sebelumnya, angka inflasi dari transportasi udara seharusnya mengalami penurunan.
Biasanya pengaruh kenaikan tiket udara pada inflasi sendiri terjadi pada masa-masa libur panjang dan sekolah. Seperti pada saat natal dan tahun baru, lebaran dan puasa. Sedangkan pada Maret ini tidak terlalu banyak libur.
"Biasanya angkutan udara ini adanya di Januari, tapi ternyata masih ada juga di Februari, kemudian sampai Maret juga masih terasa 0,03%," imbuh dia.