Beli Airbus A400, Anak Usaha Pertamina Gabung Holding BUMN Penerbangan

Beli Airbus A400, Anak Usaha Pertamina Gabung Holding BUMN Penerbangan

Fadhly Fauzi Rachman - detikFinance
Selasa, 23 Apr 2019 08:04 WIB
Beli Airbus A400, Anak Usaha Pertamina Gabung Holding BUMN Penerbangan
Foto: Grandyos Zafna
Jakarta - Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) berencana membuat BUMN baru. BUMN ini nantinya jadi holding sejumlah perusahaan pelat merah di sektor penerbangan.

Nantinya perusahaan baru itu akan berlaku seperti PT Inalum yang menjadi holding dari BUMN-BUMN sektor pertambangan.

Adapun BUMN tersebut akan berlaku sebagai holding ialah PT Angkasa Pura (AP) I, PT AP II, serta PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA). Selain itu, yang terbaru, anak usaha PT Pertamina (Persero) juga akan ikut bergabung. Simak berita lengkapnya:

Dalam holding penerbangan itu, anak usaha PT Pertamina (Persero), yakni Pelita Air juga akan ikut bergabung.

Deputi Jasa Keuangan, Survei, dan Konsultasi Kementerian BUMN Gatot Trihargo mengatakan Pelita Air masuk ke dalam holding tersebut untuk melayani penerbangan charter dan layanan kargo.

"Nanti ada Pelita, Pelita masuk. Tapi karena Pelita punya Pertamina. Jadi nanti fokus secara genericuntuk Pelita sebagai charter flight dan kargo. Jadi charter nanti Pelita, Garuda, dan AP II," kata Gatot di Kementerian BUMN.

Gatot mengatakan, nantinya Pertamina lewat Pelita Air juga akan membeli pesawat Airbus untuk layanan kargonya.

"Karena Pertamina juga masih punya tugas BBM satu harga di Papua, sehingga nanti ke depan insyaallah dengan beli Airbus A400. Pertamina dan konsorsium, kolaborasi," katanya.

Pesawat Airbus A400 itu akan digunakan khusus untuk layanan kargo Pelita Air. Rencananya pembelian dilakukan tahun depan.

"Jadi kan selama ini kargo yang ke Papua, ada 3 T itu kan kita kesulitan membawanya, sekarang sudah kan sinergi dengan Pelni. Nanti yang besar-besar pakai itu," tuturnya.

Deputi Jasa Keuangan, Survei, dan Konsultasi Kementerian BUMN Gatot Trihargo menjelaskan dipilihnya Penas sebagai induk holding lantaran perusahaan tersebut 100% dimiliki oleh negara. Beda dengan Garuda Indonesia yang merupakan perusahaan terbuka.

"Garuda tidak bisa holding karena sudah Tbk. Jadi Holding penerbangan itu 100% milik negara. Jadi kita survei, Penas itu yang penting spesial company-nya karena lebih mudah," kata Gatot

Sementara, Angkasa Pura, baik AP I maupun AP II tak dipilih jadi induk holding lantaran memiliki tingkat kompleksitas yang cukup tinggi. Jadi, menurutnya agak sulit untuk menjadikan Angkasa Pura sebagai induk holding.

"Ada yang non Tbk, ada AP I, AP II, itu mereka sudah kompleksitasnya tinggi. Sehingga kita ingin operasional strategic holding," katanya.

Karenanya, kata Gatot, meskipun Penas merupakan perusahaan kecil, namun Penas dinilai cocok untuk menjadi induk holding BUMN Penerbangan.

"Kalau dengan sale yang sederhana ini, kan mereka (Penas) sudah laba Rp 3 miliar. Perusahaan ini kecil memang, jadi justru lebih mudah holding," tuturnya.

Hide Ads