"Kalau dihilangkan nanti ujungnya tarif diturunkan. Itu yang kami tidak setuju. Kalau diturunkan lagi, walaupun nilanya kecil akan menimbulkan gejolak di lapangan. Yang gejolak nanti driver online maupun taksi online," kata Ketua Gabungan Aksi Roda Dua Indonesia (Garda) Igun Wicaksono kepada detikFinance.
Igun meyakini, penghapusan diskon berkaitan dengan rencana penurunan tarif. Dia berpandangan, jika diskon dihapus maka akan berpengaruh pada jumlah penumpang. Sebab itu, tarif diturunkan untuk menjaga kelangsungan bisnis.
"Karena pasti alasan dari perusahaan aplikasi maupun pihak stakeholder akan beralasan, kalau promo nggak ada penumpang pada lari, yang akan dikorbankan tarif, yang akan diturunkan kembali," ujarnya.
"Kita melihat akan dampak hilangnya promo ini diturunkannya tarifnya. Untuk menjaga bisnis alasannya, untuk menjaga penumpang. Penumpang dijaga tapi driver nggak dijaga," sambungnya.
Igun pun menyayangkan rencana pemerintah menurunkan tarif. Sebab, tarif yang sekarang ini pun sebenarnya belum sesuai dengan usulan driver.
"Khusus zona kedua Jabodetabek idealnya nett Rp 2.400/km sekarang Rp 2.000. Masih ada selisih Rp 400. Yang kita berharap bisa disesuaikan angka ideal secara bertahap. Malah akan diturunkan ini yang tidak setuju," jelasnya.