#TangkapEnggar Muncul Saat 20.000 Ton Beras Bulog Terancam Busuk

#TangkapEnggar Muncul Saat 20.000 Ton Beras Bulog Terancam Busuk

Vadhia Lidyana - detikFinance
Rabu, 04 Des 2019 08:06 WIB
Foto: ANTARA FOTO/Asep Fathulrahman

Direktur Operasional dan Pelayanan Publik Perum Bulog, Tri Wahyudi membeberkan penyebab dari macetnya penyaluran beras tersebut yang membuat beras lama tersimpan dan terancam busuk.

Pertama, salah satu lokasi gudang Bulog di suatu daerah terkena banjir. Bencana itu turut merusak kualitas beras itu.

"Banyak faktor, ada di satu daerah yang kena banjir, itu berpengaruh," tutur Tri di kantornya, Jakarta, Selasa (3/12/2019).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kedua, pengalihan program bantuan sosial (bansos) dari beras sejahtera (rastra) ke Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT).

"Tadi pengalihan dari rastra ke BPNT itu pengaruh juga. Kan dari 2,3 juta ton (penyaluran untuk bansos), sekarang jadi 300 ribu ton, kan banyak. Dan beras itu kan barang mudah rusak. Coba taruh beras di rumah sebulan rusak tidak? Rusak lah. Apalagi BPNT dari 2017 untuk 45 kota, itu kan pengaruh ya, di antaranya," jelas Tri.

Ketiga, jarangnya rapat koordinasi terbatas yang dipimpin Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian sejak pergantian menteri baru, sehingga sampai saat ini Bulog belum menerima arahan dalam menyalurkan CBP.

"Belum (ada penugasan lagi), tanya Pak Menteri yang baru saja," ujar dia.

Meski begitu, Tri mengatakan bahwa pihaknya akan terus berjuang dalam segmen komersial perusahaannya. Hal tersebut perlu dilakukan untuk menyeimbangkan kinerja keuangan perusahaan yang juga harus menjalankan segmen penugasan atau public service obligation (PSO).

"Tapi kita nggak berkecil hati, kita tetap jual komersial. Makanya tadi Pak Buwas menegaskan 2020 kita menguatkan komersial," tutup Tri Wahyudi.


Simak Video "Video Wamentan soal Beras Bulog Berkutu: Bisa Jadi Pakan Ternak"
[Gambas:Video 20detik]

(ang/ang)

Hide Ads