Marak Impor Bikin Beras Bulog Numpuk hingga Terancam Busuk

Kaleidoskop 2019

Marak Impor Bikin Beras Bulog Numpuk hingga Terancam Busuk

Vadhia Lidyana - detikFinance
Minggu, 29 Des 2019 11:00 WIB
Foto: Beras Bulog Hampir Busuk (Fauzan Kamil/Infografis detikcom)

5. Sedih! Gara-gara Impor Beras, Bulog Berutang Rp 28 T

Perum Bulog mencatatkan utang perusahaan sebesar Rp 28 triliun. Utang tersebut berasal dari penugasan pemerintah yakni menyerap beras petani, atau pun impor beras dalam mengisi CBP. Dalam hal ini, keuangan Bulog yang jadi jaminannya.

"Kita dapat penugasan dari negara untuk impor beras contohnya, ini kan beras CBP, tapi yang mengimpor dan membeli Bulog, uangnya pinjam, utangnya Bulog. Ini masalah besar, karena nilainya triliunan dan bunganya komersial. Sedangkan CBP ini tidak bisa kita jual belikan kecuali ada penugasan," ungkap Buwas kata Buwas dalam acara Ngopi BUMN, di kantor Kementerian BUMN, Jakarta, Jumat (1/11/2019).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Belum lagi bunga pinjaman daru bank yang harus dibayar Bulog. Asisten Deputi Usaha Industri Agro dan Farmasi Kementerian BUMN Agus Suharyono mengatakan, Bulog harus berhadapan dengan bunga pinjaman Rp 10 miliar setiap harinya.

"Setiap bangun pagi Pak Budi ini mikirin bunga. Bunga itu catatan kami hampir Rp 10 miliar, satu hari!" kata Agus.

Tak lupa juga operasional perusahaan dan 4.000 karyawan setiap harinya yang bisa menelan biaya Rp 6 miliar/hari.

"Beliau (Buwas) juga harus menyiapkan 4.000 karyawan, yang setiap hari operasional butuh Rp 6 miliar," terang Agus.

Selain itu, dengan stok yang melimpang, Bulog harus menghadapi penjualan yang seret kareja berasnya tak terserap pasar. Sehingga pendapatan perusahan pun tersendat dan terancam tak bisa bayar utang.

Buwas pun putar otak untuk mengatasi seretnya penjualan beras tersebutn dengan melakukan sejumlah inovasi salah satunya adalah menjual beras premium.

"Untuk komersial juga harus bicara kualitas. Tidak bisa hanya kuantitas dan berharap pada masyarakat. Tidak bisa, harus kita yang bergerak. Maka saya membuat program. Dan saya membuat produk beras premium dari beberapa jenis beras berkualitas termasuk kemasannya, mereknya. Nah terbangun inovasi-inovasi di kalangan anggota saya," tutur Buwas.

Inovasi lain yang dilakukan Bulog adalah mengembangkan produk beras fortivikasi atau beras bervitamin. Selain itu, Bulog juga membuat tepung dari bahan baku bekatul yakni bulir beras, atau yang biasa dikenal dengan dedak.

"Ternyata ada poduk kualitas yang dihasilkan dari beras, yaitu bekatul atau dedak. Itu dulu untuk pakan ayam dan ikan. Tapi orang asing yang mengerti kualitas pangan mereka mengkonsumsi itu dedek. Lihat saja di Ranch Market harga bekatul itu mahal. Timbul pemikiran saya kita memproduksi beras kok itu kita abaikan, padahal punya nilai ekonomis dan jelas nilai vitamin yang tinggi karena itu ada di kulit ari-nya beras. Akhirnya saya bilang Direksi coba pikir ini akan jadi produk kita. Tapi tidak baku, bagaimana kaau kita bikin jadi tepung, bahan dasar kue pengganti terigu," urainya.


Simak Video "Video Wamentan soal Beras Bulog Berkutu: Bisa Jadi Pakan Ternak"
[Gambas:Video 20detik]

(dna/dna)

Hide Ads