Bisnis Bus Diterjang Corona, Omzet Terjun Bebas

Bisnis Bus Diterjang Corona, Omzet Terjun Bebas

Trio Hamdani - detikFinance
Jumat, 27 Mar 2020 05:56 WIB
Ratusan warga Ikatan Keluarga Banyuwangi (Ikawangi) yang tinggal di Bali mengikuti mudik gratis yang diselenggarakan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Banyuwangi. Tak cuma mudik bersama keluarga, sepeda motor juga bisa diangkut untuk mudik.
Foto: Aditya Mardiastuti/detikcom

Pengusaha bus menilai imbauan pemerintah agar masyarakat tidak mudik bakal berimbas negatif terhadap sopir dan kernet bus karena mereka dibayar harian. Jika bus tidak beroperasi imbas adanya larangan mudik otomatis sopir dan kernet tidak mendapatkan penghasilan.

Namun, Ketua Umum Ikatan Pengusaha Otobus Muda Indonesia (IPOMI) Kurnia Lesani Adnan memahami imbauan tidak mudik bertujuan untuk mencegah penyebaran virus corona (Covid-19). Tapi setiap kebijakan pasti ada konsekuensinya.

"Itu yang berdampak langsung kepada employee, pengemudi, kru ya kan. Kalau bicara staf kan itu menjadi tanggung jawab manajemen. Tapi kalau pengemudi ini kan mereka sebenarnya penggajiannya harian lepas. Jadi begitu mereka beroperasi dapat upah," kata dia saat dihubungi detikcom, Kamis (26/3/2020).

Perusahaan bus, menurutnya bisa saja tetap menjamin hidup para sopir dan kernet jika bus tidak beroperasi imbas imbauan tidak mudik, tapi tidak semua pengusaha mampu melakukan hal itu.

"Mungkin kebijakan masing-masing operator atau otobus bisa memberikan stimulus kepada krunya, pengemudi maupun kernet yang ada di bus itu ya tapi kan mungkin tidak bisa banyak gitu lho," jelasnya.

Pengusaha bus sendiri juga terpukul dengan masuknya wabah corona pada Februari lalu. Penumpang dan bus yang beroperasi pun berkurang.


"Nah per hari ini itu okupansi kami itu tinggal rata-rata 20-30% saja per unit. Dan yang operasi itu tinggal 40% dari total armada. Nah jadi ini sudah ada penurunan yang signifikan," tambahnya.

Pengusaha bus pariwisata paling babak-belur. Klik baca selengkapnya.


Hide Ads