Ini Bedanya Pelatihan Kartu Pra Kerja dan Konten di YouTube

Ini Bedanya Pelatihan Kartu Pra Kerja dan Konten di YouTube

Anisa Indraini - detikFinance
Kamis, 23 Apr 2020 14:01 WIB
wfh kerja dari rumah
Ilustrasi/Foto: Andhika Akbarayansyah/Tim Infografis
Jakarta -

Pelatihan Kartu Pra Kerja yang tersedia secara online dikritik banyak pihak lantaran semua materinya bisa diakses melalui YouTube secara gratis. Pemerintah dinilai tidak perlu menggelontorkan Rp 1 juta untuk memberikan pelatihan tersebut.

Hal itu dibantah oleh Direktur Kemitraan dan Komunikasi Manajemen Pelaksana Pra Kerja, Panji Winanteya Ruky. Menurutnya, pelatihan di program Kartu Pra Kerja telah memiliki standar yang jelas.

"Kalau ada pelatihan serupa meski tidak mungkin sama karena pelatihan-pelatihan itu ada standarnya, ada silabus, tenaga pengajar dan sertifikat. Jadi tidak sekadar menonton seperti di YouTube sebagaimana yang dibilang," kata Panji melalui telekonferensi, Kamis (23/4/2020).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia mempersilakan masyarakat memilih jenis pelatihan sesuai dengan kebutuhannya. Saat ini sendiri sudah ada 1.500 pelatihan beragam mulai dari tingkat ringan sampai yang berat.

"Karena pilihan ada di masyarakat dan masyarakat sendiri yang akan menimbang dan menggunakan kebijakan itu. Tugas pemerintah adalah menyediakan pilihan sebesar-besarnya," ujarnya.

ADVERTISEMENT

Dalam kesempatan yang sama, Asisten Deputi Ketenagakerjaan Kemenko Perekonomian, Yulius menambahkan jika pemilihan pelatihan telah melalui proses seleksi dari mitra platform.

"Yang kami lihat adalah manfaatnya, jadi itu sudah di-screening oleh lembaga dan platform," ujarnya.

Sementara Asisten Deputi Ketenagakerjaan Kemenko Perekonomian, Yulius mengatakan pemerintah tidak menjamin peserta program Kartu Pra Kerja langsung mendapat pekerjaan setelah melakukan pelatihan.

Yulius mengatakan, peserta akan sulit mendapat kerja jika males-malesan setelah ikut pelatihan.

"Ya nggak juga dijamin (kerja). Kalau ternyata setelah ikut pelatihan males-males ya nggak dijamin juga (dapat kerja)," kata Yulius melalui telekonferensi, Kamis (23/4/2020).

Selain itu, Yulius bilang, daya serap tenaga kerja ditentukan oleh investasi. Jika semakin tinggi investasi maka daya serap tenaga kerja juga akan semakin tinggi.

"Jadi semakin tinggi investasinya maka daya serapnya akan semakin tinggi. Jadi lapangan kerja itu ditentukan oleh investasi bukan dari pelatihan. Tentunya kalau investasi naik, kebutuhan tenaga kerjanya naik," ucapnya.

Masyarakat Indonesia juga dinilai harus lebih meningkatkan kualifikasi agar tidak kalah dengan asing. Dengan adanya pelatihan di Kartu Pra Kerja, diharapkan masyarakat betul-betul dapat memanfaatkan peluang untuk meningkatkan skill.

"(Jika) kualifikasi masyarakat Indonesia tidak memadai, tidak sesuai dengan kebutuhan tenaga kerja, tentunya akan diisi oleh masyarakat luar yaitu masyarakat dari asing karena kualifikasi kita memang tidak ada. Misalnya mengelas di bawah air, itu nggak ada padahal di industri sangat dibutuhkan," ucapnya.



Simak Video "Video: Momen Mensos Ipul-Seskab Teddy Tinjau Sekolah Rakyat Jelang Dibuka"
[Gambas:Video 20detik]

Hide Ads