Ekonomi RI Masuk Skenario Sangat Berat

Ekonomi RI Masuk Skenario Sangat Berat

Hendra Kusuma - detikFinance
Kamis, 07 Mei 2020 08:30 WIB
Economist Intelligence Unit (EIU) memprediksi perekonomian Indonesia tumbuh pesat tahun ini. Pertumbuhan itu disebut melampui negara tetangga Malaysia.
Foto: Ari Saputra

Daya beli masyarakat atau tingkat konsumsi rumah tangga di Indonesia hanya tumbuh 2,84% pada kuartal I-2020. Angka tersebut melambat dibandingkan kuartal IV-2020 yang sebesar 5,02%.

"Kuartal II kita harus antisipasi lebih dalam lagi jatuhnya," kata Sri Mulyani saat raker dengan Komisi XI DPR via virtual, Jakarta, Rabu (6/5/2020).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Potensi pelemahan daya beli pada kuartal II-2020, kata Sri Mulyani dikarenakan kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) semakin luas dan tidak seperti pada kuartal sebelumnya yang hanya berlaku di Jabodetabek.

Menurut dia, PSBB yang berlaku di Jabodetabek saja sudah membuat daya beli masyarakat merosot tajam. Wanita yang akrab disapa Ani ini menjelaskan andil tingkat konsumsi rumah tangga terhadap pertumbuhan ekonomi sekitar Rp 9.000 triliun atau 56%, di mana sekitar Rp 5.000 triliun berasal dari Pulau Jawa.

ADVERTISEMENT

"Orang kalau di rumah cuma makan saja, tidak keluar transport. Kalau tahun lalu kan konsumsi itu Rp 9.000 triliun lebih, Pulau Jawa 55% lebih dari Rp 5.000 triliun, sekarang kalau Rp 5.000 triliun di rumah ya tidak akan sampai, memang dampaknya berat bangat dalam kuartal II, makanya Presiden bilang fokusnya ke situ," ungkap dia.

Oleh karena itu, Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini mengaku pemerintah akan terus menekan pelemahan ekonomi dengan menjaga konsumsi rumah tangga melalui bansos.

"Dari sisi percepatan penggunaan dalam rangka menjaga masyarakat, social safety net, bansos meluas, pemerintah cover minimal 3 bulan, bahkan sampai 6 bulan dan 9 bulan sampai Desember. Kita harap ini cukup beri bantalan sosial," ungkapnya.


(hek/fdl)

Hide Ads