Keganasan pandemi virus Corona (COVID-19) kian nyata, terutama pada perekonomian berbagai negara. Faktanya, sudah 5 negara terjun ke jurang resesi akibat wabah yang telah menelan 662.095 korban jiwa itu (berdasarkan data World Health Organization/WHO per 30 Juli 2020).
Kelima negara yang mengalami resesi itu tersebar di 3 benua, antara lain benua Asia, Eropa, dan Amerika. Di benua Asia, ada 3 negara yang terjun ke jurang resesi, yakni yang pertama Singapura, lalu disusul Korea Selatan (Korsel), dan Hong Kong. Sementara, di benua Eropa yang mengalami resesi adalah Jerman. Terakhir, negara di benua Amerika yang mengalami resesi ialah negara adikuasa Amerika Serikat (AS).
Berikut rangkuman detikcom mengenai resesi di kelima negara tersebut:
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
1. Singapura
Resesi Singapura diumumkan pada 14 Juli 2020 lalu. Berdasarkan catatan detikcom, pada kuartal I-2020 pertumbuhan ekonomi Singapura mengalami kontraksi hingga 2,2% dibandingkan periode yang sama di tahun 2019 atau year on year (yoy).
Kemudian, di kuartal II-2020 pertumbuhan ekonomi Singapura kembali mengalami kontraksi 41,2%. Otomatis, Singapura terjun ke jurang resesi. Kementerian Perdagangan dan Industri Singapura menyatakan, produk domestik bruto (PDB) anjlok hingga 12,6% dibandingkan dengan periode yang sama di tahun sebelumnya (year on year/yoy).
Adapun penyebab dari kondisi mengenaskan tersebut ialah pandemi virus Corona (COVID-19) yang memaksakan negara-negara untuk menerapkan kebijakan lockdown.
2. Korea Selatan
Selang 9 hari setelah Singapura mengumumkan resesi, tepatnya pada 23 Juli 2020 lalu, Korea Selatan (Korsel) juga mengumumkan resesi.
Resesi itu ditandai dengan menyusutnya perekonomian Korsel di kuartal II-2020. Penyebab utamanya penurunan paling dalam selama dua dekade dari sisi ekspor. Sementara ekspor merupakan motor utama ekonomi Korsel. Anjloknya ekspor disebabkan pembatasan sosial untuk mencegah penyebaran virus. Hal itu membuat kinerja pabrik lumpuh.
Bank of Korea mengatakan, ekonomi Korsel menyusut -3,3%. Itu adalah kontraksi paling tajam sejak kuartal pertama 1998. Produk domestik bruto (PDB) Korsel turun 2,9% secara year-on-year. Penurunan terbesar sejak kuartal keempat 1998.
Ekspor, yang menyumbang hampir 40% dari ekonomi Korsel, adalah hambatan terbesar dari penyusutan ekonomi ini. Ekspor tercatat turun 16,6% dan menjadi yang terburuk sejak 1963.
Investasi konstruksi turun 1,3% kuartal-ke-kuartal, sedangkan investasi modal turun 2,9%. Output dari sektor manufaktur dan jasa turun masing-masing sebesar 9,0%, dan 1,1%.
Namun masih ada yang positif, konsumsi rumah tangga masih naik 1,4%. Hal itu berkat pemberian bantuan uang tunai pemerintah yang mendorong pengeluaran masyarakat untuk restoran, pakaian, dan kegiatan rekreasi.
Simak halaman selanjutnya untuk tahu kondisi 3 negara lainnya.
Simak Video "Video PBB Dukung AS-Iran Damai: Tapi Perdamaian Tak Bisa Dipaksakan"
[Gambas:Video 20detik]