Tentang Resesi 5 Negara di 3 Benua

Tentang Resesi 5 Negara di 3 Benua

Vadhia Lidyana - detikFinance
Jumat, 31 Jul 2020 15:45 WIB
Poster
Foto: Edi Wahyono
Jakarta -

Keganasan pandemi virus Corona (COVID-19) kian nyata, terutama pada perekonomian berbagai negara. Faktanya, sudah 5 negara terjun ke jurang resesi akibat wabah yang telah menelan 662.095 korban jiwa itu (berdasarkan data World Health Organization/WHO per 30 Juli 2020).

Kelima negara yang mengalami resesi itu tersebar di 3 benua, antara lain benua Asia, Eropa, dan Amerika. Di benua Asia, ada 3 negara yang terjun ke jurang resesi, yakni yang pertama Singapura, lalu disusul Korea Selatan (Korsel), dan Hong Kong. Sementara, di benua Eropa yang mengalami resesi adalah Jerman. Terakhir, negara di benua Amerika yang mengalami resesi ialah negara adikuasa Amerika Serikat (AS).

Berikut rangkuman detikcom mengenai resesi di kelima negara tersebut:

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

1. Singapura

Resesi Singapura diumumkan pada 14 Juli 2020 lalu. Berdasarkan catatan detikcom, pada kuartal I-2020 pertumbuhan ekonomi Singapura mengalami kontraksi hingga 2,2% dibandingkan periode yang sama di tahun 2019 atau year on year (yoy).

Kemudian, di kuartal II-2020 pertumbuhan ekonomi Singapura kembali mengalami kontraksi 41,2%. Otomatis, Singapura terjun ke jurang resesi. Kementerian Perdagangan dan Industri Singapura menyatakan, produk domestik bruto (PDB) anjlok hingga 12,6% dibandingkan dengan periode yang sama di tahun sebelumnya (year on year/yoy).

ADVERTISEMENT

Adapun penyebab dari kondisi mengenaskan tersebut ialah pandemi virus Corona (COVID-19) yang memaksakan negara-negara untuk menerapkan kebijakan lockdown.

2. Korea Selatan

Selang 9 hari setelah Singapura mengumumkan resesi, tepatnya pada 23 Juli 2020 lalu, Korea Selatan (Korsel) juga mengumumkan resesi.

Resesi itu ditandai dengan menyusutnya perekonomian Korsel di kuartal II-2020. Penyebab utamanya penurunan paling dalam selama dua dekade dari sisi ekspor. Sementara ekspor merupakan motor utama ekonomi Korsel. Anjloknya ekspor disebabkan pembatasan sosial untuk mencegah penyebaran virus. Hal itu membuat kinerja pabrik lumpuh.

Bank of Korea mengatakan, ekonomi Korsel menyusut -3,3%. Itu adalah kontraksi paling tajam sejak kuartal pertama 1998. Produk domestik bruto (PDB) Korsel turun 2,9% secara year-on-year. Penurunan terbesar sejak kuartal keempat 1998.

Ekspor, yang menyumbang hampir 40% dari ekonomi Korsel, adalah hambatan terbesar dari penyusutan ekonomi ini. Ekspor tercatat turun 16,6% dan menjadi yang terburuk sejak 1963.

Investasi konstruksi turun 1,3% kuartal-ke-kuartal, sedangkan investasi modal turun 2,9%. Output dari sektor manufaktur dan jasa turun masing-masing sebesar 9,0%, dan 1,1%.

Namun masih ada yang positif, konsumsi rumah tangga masih naik 1,4%. Hal itu berkat pemberian bantuan uang tunai pemerintah yang mendorong pengeluaran masyarakat untuk restoran, pakaian, dan kegiatan rekreasi.

Simak halaman selanjutnya untuk tahu kondisi 3 negara lainnya.

3. Hong Kong

Hong Kong resmi resesi selama setahun penuh, mengutip pemberitaan detikcom kemarin, Kamis (30/7/2020). Negara yang jadi hub Asia itu ekonominya mengkerut 9% di kuartal II-2020 (April-Juni) dibandingkan posisi setahun sebelumnya.

Ini merupakan keempat kalinya Hong Kong mencatat ekonomi minus. Artinya, sudah setahun penuh ekonomi Hong Kong tidak tumbuh.

Tak hanya disebabkan oleh pandemi Corona, buruknya kondisi perekonomian Hong Kong ini diawali dari maraknya demo anti kebijakan pemerintah setahun lalu, diperburuk dengan adanya perang dagang AS-China.

4. Jerman

Sama dengan Hong Kong, kemarin Jerman mengumumkan resesi. Ekonomi Jerman pada kuartal II-2020 kembali mengalami kontraksi sebesar -10,1%. Laporan itu menandakan ekonomi Jerman masuk dalam jurang resesi.

Penurunan ekonomi Jerman hingga -10,1% diakibatkan penurunan konsumsi rumah tangga, investasi bisnis dan ekspor. Semua itu merupakan dampak dari pandemi COVID-19. Pada kuartal I-2020 ekonomi Jerman juga sudah terkoreksi -2,2%.

"Ini adalah penurunan paling tajam sejak perhitungan PDB triwulanan untuk Jerman dimulai pada 1970," kata kantor statistik setempat.

Pada tahun itu, produk domestik bruto (PDB) Jerman turun 11,7% dari bulan April hingga Juni.

5. Amerika Serikat (AS)

Ekonomi AS mengalami kontraksi pada kuartal kedua dari April hingga Juni sebesar 32,9%. Biro Analisis Ekonomi mencatat ini adalah penurunan terburuk sepanjang sejarah.

Bisnis yang terhenti selama lockdown pada musim semi tahun ini membuat Amerika akhirnya terjerumus ke dalam resesi pertamanya dalam 11 tahun terakhir. Hanya dalam beberapa bulan, ekspansi ekonomi terpanjang dalam sejarah AS dalam lima tahun terakhir pun selesai sudah.

Resesi biasanya didefinisikan sebagai penurunan produk domestik bruto (PDB) atau pertumbuhan ekonomi dalam dua kuartal berturut-turut. Pada kuartal sebelumnya (Januari ke Maret), PDB AS minus 5%.

Kemudian, penurunan PDB kuartal kedua hampir empat kali lebih buruk daripada selama puncak krisis keuangan, ketika ekonomi mengalami kontraksi pada tingkat tahunan sebesar 8,4% pada kuartal keempat 2008.

Memang, jika dibandingkan secara kuartal sebelumnya, ekonomi sebenarnya tidak turun sampai 32%. Jika dibandingkan dengan kuartal I, PDB tercatat turun 9,5% di bulan April dan Juni, atau sebesar US$ 1,8 triliun.

Namun membandingkannya dengan cara apa pun, itu masih kuartal terburuk dalam catatan. AS sendiri baru mulai membuat catatan PDB triwulanan pada tahun 1947, sehingga sulit untuk membandingkan penurunan saat ini dengan depresi hebat yang mengatakan pada tahun 1932 ekonomi AS pernah mengalami kontraksi hingga 12,9%.



Simak Video "Video PBB Dukung AS-Iran Damai: Tapi Perdamaian Tak Bisa Dipaksakan"
[Gambas:Video 20detik]

Hide Ads