Fitch Pertahankan Peringkat Utang RI, Sri Mulyani & Gubernur BI Buka Suara

Fitch Pertahankan Peringkat Utang RI, Sri Mulyani & Gubernur BI Buka Suara

Hendra Kusuma - detikFinance
Senin, 10 Agu 2020 18:52 WIB
Pemerintah bersama Komisi XI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) sepakat untuk melanjutkan rapat kerja (raker) mengenai pembicaraan pendahuluan dalam rangka penyusunan RAPBN Tahun 2019. Pihak pemerintah diwakili oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo, dan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro.
Foto: Lamhot Aritonang: Menkeu Sri Mulyani dan Gubernur BI Perry Warjiyo
Jakarta -

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati buka suara merespons laporan Fitch Rating yang mempertahankan peringkat utang jangka panjang Indonesia pada BBB (investment grade) dengan outlook stabil. Sri Mulyani mengatakan pemerintah tetap mengedepankan sikap kehati-hatian pada setiap kebijakan yang diambil dalam penanganan COVID-19.

"Meski extraordinary, namun pemerintah tetap memiliki kerangka kebijakan ekonomi makro-mikro sektoral itu seluruhnya dijaga secara hati-hati," kata Sri Mulyani dalam video conference, Jakarta, Senin (10/8/2020).

Dalam laporannya, Fitch menyoroti kebijakan pembiayaan yang dilakukan pemerintah selama tiga tahun ke depan. Skema pembiayaan ini melebarkan defisit anggaran di atas 3%. Fitch juga menyoroti skema burden sharing atau berbagai beban antara pemerintah dengan Bank Indonesia (BI) dalam memenuhi kebutuhan pembiayaan selama penanganan COVID-19.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini memastikan langkah pemerintah dalam memenuhi kebutuhan pembiayaan dilakukan sesuai rambu-rambu yang berlaku.

"Kita jelaskan langkah-langkah yang kita lakukan, kemudian kita jelaskan langkah-langkah extraordinary, burden sharing, ini masih dalam rambu-rambu internasional prudent dan fair, dilakukan sesuai kebutuhan atau elemen, tidak ugal-ugalan yang gambarkan mencetak uang mudah dan gunakan dengan tidak bertanggung jawab," terang Sri Mulyani.

ADVERTISEMENT

Sementara itu, Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan Afirmasi rating Indonesia pada peringkat BBB dengan outlook stabil merupakan bentuk pengakuan Fitch, sebagai salah satu lembaga pemeringkat utama dunia, atas stabilitas makroekonomi dan prospek ekonomi jangka menengah Indonesia yang tetap terjaga di tengah pandemi COVID-19 yang menekan perekonomian global. Hal ini didukung oleh kredibilitas kebijakan dan sinergi bauran kebijakan yang kuat antara Bank Indonesia dan Pemerintah.

"Ke depan, Bank Indonesia akan terus mencermati perkembangan ekonomi global dan domestik, mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk memastikan terjaganya stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan, serta terus bersinergi dengan Pemerintah untuk mempercepat proses pemulihan ekonomi nasional," ujar Perry dalam keterangan tertulis BI, Senin 10 Agustus 2020.

Perry menambahkan Indonesia telah mengambil berbagai kebijakan baik di sisi fiskal, moneter, maupun sistem keuangan secara berhati-hati dan terukur untuk mengatasi dampak COVID-19 terhadap stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan. Dalam kaitan ini, berbagai indikator menunjukkan bahwa stabilitas makroekonomi masih terjaga sehingga turut mendukung ketahanan ekonomi nasional. Inflasi pada Juli 2020 tercatat 1,54% (year-on-year) dan diperkirakan akan berada dalam kisaran sasaran inflasi 3%+1% untuk keseluruhan 2020.

"Defisit transaksi berjalan triwulan II 2020 diprakirakan tetap rendah dan investasi portofolio asing kembali mencatat net inflows. Sejalan dengan itu, nilai tukar Rupiah secara point to point menguat 14,4% pada triwulan II 2020. Cadangan devisa pada akhir Juli 2020 meningkat menjadi US$ 135,1 miliar atau setara dengan pembiayaan 8,6 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri Pemerintah." papar Perry.

Pengin tahu penilaian Fitch? Langsung klik halaman selanjutnya.

Dalam penilaiannya Fitch memperkirakan bahwa aktivitas ekonomi di Indonesia akan terkontraksi pada 2020, dipengaruhi pandemi COVID-19. Kontraksi ini merupakan dampak dari penerapan kebijakan social distancing yang memengaruhi konsumsi dan investasi, penurunan terms of trade yang bersifat temporer, dan terhentinya arus masuk wisatawan mancanegara. Dampak dari pandemi yang cukup kuat dan menyeluruh terhadap aktivitas ekonomi ini tercermin pada kontraksi sebesar 5,3% pada triwulan II-2020. N

amun, Fitch memperkirakan pertumbuhan ekonomi akan kembali meningkat menjadi 6,6% pada 2021. Momentum pertumbuhan ekonomi diperkirakan berlanjut pada 2022, yaitu tumbuh 5,5%, antara lain didukung oleh fokus pemerintah pada pembangunan infrastruktur.

Lebih lanjut, Fitch menyatakan bahwa pemerintah telah merespons pandemi COVID-19 dengan cepat melalui berbagai kebijakan untuk mendukung sektor rumah tangga dan korporasi, termasuk Usaha Kecil dan Menengah (UMK). Secara keseluruhan, jumlah dukungan pemerintah untuk mengatasi pandemi mencapai Rp695 triliun (4,4% dari PDB), mencakup bantuan langsung tunai, penyediaan kebutuhan pokok, penyediaan jaminan, dan insentif perpajakan.

Pemerintah juga menempuh sejumlah langkah terobosan yang bersifat sementara, termasuk penundaan ketentuan batas atas defisit fiskal sebesar 3% dari PDB selama tiga tahun serta kebijakan pembiayaan defisit secara langsung oleh bank sentral.

Dalam pandangan Fitch, kebijakan fiskal yang berhati-hati dalam beberapa tahun terakhir telah memberikan ruang bagi berbagai kebijakan yang ditempuh Pemerintah untuk mengatasi dampak pandemi COVID-19. Mengacu pada defisit fiskal selama satu dekade terakhir yang selalu berada di bawah 3% dari PDB, Fitch meyakini Pemerintah akan memenuhi komitmennya untuk membawa defisit fiskal kembali di bawah 3% dari PDB pada 2023.

Fitch memperkirakan defisit fiskal pada 2020 akan meningkat menjadi sekitar 6,0% pada 2020 dari 2,2% pada 2019 dipengaruhi oleh belanja Pemerintah yang lebih tinggi di tengah penerimaan yang lebih rendah akibat perlambatan ekonomi. Selanjutnya, defisit fiskal akan terus menurun menjadi 5,0% dan 3,5% masing-masing pada 2021 dan 2022, sejalan dengan berkurangnya pengeluaran terkait pandemi.



Simak Video "Video: Sri Mulyani Sebut APBN Bulan Mei Defisit Rp 21 T"
[Gambas:Video 20detik]

Hide Ads