Pada bulan Juni, saat jumlah virus rendah pemerintah pusat mulai kampanye untuk mendorong perjalanan domestik dengan harapan menghidupkan kembali pariwisata lokal dan ekonomi jasa yang hampir mati. Tetapi kasus baru meningkat lagi pada bulan Juli.
Gubernur Okinawa dan prefektur Aichi di Jepang telah menekan pemerintah pusat untuk bertindak. Pemerintah Tokyo telah meminta restoran dan bar tutup pada pukul 10 malam setelah dilaporkan ada lebih dari 200 kasus baru sehari selama sebulan terakhir.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hal itu membuat konsumen gelisah dan menghentikan peningkatan belanja yang terlihat di bulan Juni. Sehingga rebound di kuartal III-2020 berisiko menjadi cukup lemah.
"Korporasi dan konsumen memiliki kemampuan untuk menahan guncangan jangka pendek. Tetapi semakin lama kita berada di bawah normal, semakin lama kita berada jauh di bawah normal, akan ada efek urutan kedua yang akan mengarah pada keseimbangan pemulihan yang lebih lamban," tegasnya.
Baca juga: Jokowi Diwanti-wanti Resesi di Depan Mata |
Ekonom di NLI Research Institute, Taro Saito mengatakan ketidakpastian seputar virus sulit untuk memprediksi masa depan. Dia menyebut butuh waktu setidaknya tiga tahun bagi ekonomi Jepang untuk kembali ke tingkat sebelum pandemi.
"Kami mungkin telah keluar dari periode terburuk. Tetapi kami masih jauh dari apa yang disebut normal," tandasnya.
Simak Video "Pesan Jokowi ke Pemerintah yang Baru: Hati-hati Mengelola Negara"
[Gambas:Video 20detik]
(eds/eds)