Insentif Dagang AS Nggak Gratis! Ini yang Diminta dari Indonesia

Insentif Dagang AS Nggak Gratis! Ini yang Diminta dari Indonesia

Danang Sugianto - detikFinance
Senin, 02 Nov 2020 21:10 WIB
Pelabuhan Panjang di Lampung kedatangan kapal raksasa berkapasitas 4.000 TEUs (standar peti kemas 20 kaki) secara perdana pada Senin (25/3) kemarin.
Foto: Fadhly Fauzi Rachman
Jakarta -

Amerika Serikat (AS) telah resmi memberikan perpanjangan fasilitas perdagangan Generalized System of Preferences (GSP) kepada Indonesia. Fasilitas itu merupakan pembebasan tarif bea masuk terhadap produk yang diimpor dari Indonesia di AS.

Ternyata bukan perkara mudah untuk mendapatkan restu dari kebijakan yang diterapkan pemerintah AS sejak 1974 itu. Indonesia dan AS melakukan perundingan hingga 2,5 tahun sebelum fasilitas GSP diperpanjang. Duta Besar RI untuk AS, Muhammad Lutfi mengakui dibutuhkan proses negosiasi yang cukup lama sebelum mendapatkan GSP.

"Saya mengikuti sebagai Wakil Ketua Umum Kadin dari zamannya Pak Enggar sampai tutup sebagai Dubes terjadi banyak sekali permasalahan-permasalahan," ucapnya dalam konferensi pers virtual, Senin (2/11/2020).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lutfi menjelaskan ada beberapa item produk impor dari AS ke Indonesia yang diskusinya berjalan alot. Ternyata Indonesia menurut Lutfi memang sengaja mempersulit masuknya produk AS, bahkan membuat negeri Paman Sam itu kesal.

"Item-nya itu kalau nggak salah ada 9 item yang bikin sakit kepala. Karena Amerika itu kalau boleh kasih contoh mereka kesal juga, Indonesia kita ini jago membuat permasalahan yang perlu dipermasalahkan, dan ini merupakan bagian dari pada perdagangan masa lalu," terangnya.

ADVERTISEMENT

AS ternyata kesulitan untuk memasukan produk hortikulturanya ke Indonesia. Menurut Lutfi hal itu sengaja dilakukan oleh Indonesia untuk melindungi produk dalam negeri. Namun dia tidak menjelaskan secara rinci terkait kebijakan yang mempersulit produk AS di Indonesia

Intinya AS ternyata meminta Indonesia untuk mempermudah masuknya produk hortikultura negaranya ke Indonesia. Namun Lutfi menegaskan produk AS yang dimaksud bukanlah produk baru melainkan juga produk-produk yang memang sudah ada di Indonesia.

"Tetapi imbal baliknya hanya memastikan proses-prosesnya yang namanya sunset close dalam RIPH. Karena ini buat lebaran Imlek dipastikan supaya mereka bisa impor dan barangnya laku tepat pada waktunya. Hanya memastikan birokrasi dari impor tidak merusak cara barang AS bisa bersaing di pasar Indonesia. Karena jaraknya jauh 13 ribu mil antara AS sampai ke Jakarta, waktu tempuhnya 1 bulan," terangnya.

Deal-dealan itu juga akan tertuang dalam Limited Trade Deal (LTD). Untuk mendapatkan perjanjian LTD dengan AS memang syaratnya negara tersebut harus mendapatkan fasilitas GSP.

LTD sendiri kata Lutfi diharapkan bisa meningkatkan volume perdagangan dua arah Indonesia dan AS dua kali lipat hingga US$ 60 miliar pada tahun 2024.

LTD juga diproyeksikan dapat mengoptimalkan potensi kerjasama di luar perdagangan barang, khususnya digital trade, energi dan infrastruktur, serta peningkatan arus investasi. Meningkatnya arus perdagangan dua arah merupakan pintu masuk bagi perluasan kerjasama investasi.



Simak Video "Video: Warga AS Diimbau Hindari Bepergian ke RI, Khususnya Dua Wilayah Ini"
[Gambas:Video 20detik]

Hide Ads