Sampai Kapan RI Terjebak di Jurang Resesi?

Sampai Kapan RI Terjebak di Jurang Resesi?

Trio Hamdani - detikFinance
Jumat, 06 Nov 2020 08:00 WIB
Geliat aktivitas di Mal Mangga Dua Square terdampak pandemi COVID-19. Meski begitu, sejumlah pedagang masih tetap berjualan untuk bertahan dari pandemi-resesi.
Ilustrasi/Foto: Pradita Utama

Proyeksi di halaman sebelumnya karena melihat faktor pertumbuhan konsumsi rumah tangga di kuartal III yang perbaikannya lambat. Padahal konsumsi rumah tangga ini merupakan kunci untuk menggerakkan ekonomi.

"Jadi ini semakin menguatkan bahwa prospek ekonominya masih belum membaik, dan ini yang kemudian bisa berdampak terhadap pelaku usaha masih menahan laju ekspansi usaha. Kemudian karena tenaga kerja bertambah sementara pekerjaannya sedikit, ini yang akan berdampak terhadap peningkatan jumlah pengangguran," jelas Rendy.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sedangkan Tauhid melihat ada tiga gejala yang bakal membuat ekonomi Indonesia masih negatif di kuartal IV. Pertama karena kasus COVID-19 belum turun signifikan, masih naik dan turun.

Faktor kedua karena program bantuan sosial (bansos) jumlahnya tidak signifikan membantu atau memulihkan daya beli masyarakat yang tergerus di saat pandemi.

ADVERTISEMENT

"Rata-rata katakanlah (nilai bansos) Rp 600 ribu. Kalau pengeluaran mereka katakanlah Rp 2,5 juta per keluarga, (Rp 600 ribu) itu paling sekitar 20an% lah, nggak cukup. Sementara mereka kehilangan pendapatannya jauh lebih besar dari bantuan yang diberikan oleh pemerintah sehingga tidak cukup mampu mengurangi kehilangan tersebut," paparnya.

"Yang ketiga UMKM. UMKM kan sudah dibantu (oleh pemerintah) dan sebagainya tapi kan demand (permintaan) masyarakat masih belum pulih untuk kebutuhan barang dan jasa," tambahnya.

Vaksinasi jadi obat penyembuh resesi? Klik halaman selanjutnya.


Hide Ads