Tak terasa sudah 11 tahun pejuang ekonomi Indonesia Frans Seda meninggalkan dunia. Di hari peringatan Pahlawan Nasional ini, banyak pengalaman yang bisa diambil darinya untuk pemerintahan sekarang, salah satunya soal menahan laju inflasi di tengah pandemi virus Corona (COVID-19).
Pria bernama lengkap Franciscus Xaverius Seda adalah Menteri Keuangan zaman Orde Baru pada 1966-1968. Dia telah berhasil menurunkan laju inflasi dari 650% menjadi 112%. Pemilik Frans Seda Foundation itu bersama rekan kerjanya berhasil menurunkan tingkat inflasi yang melambung.
"Di tahun 1965-1966 itu krisis moneter, inflasi tinggi. Nah Pak Frans ini berhasil menurunkan tingkat inflasi dari 650% sampai 112%. Ini kinerja Pak Frans tentu tidak sendirian, ada Ketua Dewan Penasehat Presiden Emir Salim, saya rasa itu hal yang luar biasa," kata Ketua Panitia Pelaksana 'Frans Seda Awards 2014' Mikhael Dua sembari ketika berbincang dengan detikcom, Jumat (4/10/2013).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Ramalan Harga Emas Kala Biden Menjabat |
Dikutip dari laman resmi Kementerian Keuangan, Minggu (15/11/2020), pada masa tersebut inflasi sangat tinggi dengan harga barang naik sekitar 500% setahun. Saat itu kurs pasar gelap untuk rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) jatuh dari Rp 5.100 awal tahun 1965 menjadi Rp 50.000 pada awal tahun 1966.
Defisit saldo neraca pembayaran dan defisit keuangan pemerintah sangat besar, bahkan jumlah pendapatan pemerintah 1 berbanding 3 dengan pengeluaran. Hal itu diikuti dengan perpindahan pemerintahan dari Presiden Soekarno ke Presiden Soeharto.
Namun Frans Seda mampu membawa ekonomi Indonesia ke arah yang lebih stabil dengan menerapkan kesatuan penganggaran pemerintah serta model anggaran penerimaan dan belanja yang berimbang. Pemutaran haluan kebijakan dari pencetakan uang untuk menyiasati defisit diubah menjadi anggaran berimbang yang disesuaikan dengan penerimaan negara.
Saat itu Frans Seda menyusun anggaran yang disesuaikan dengan pengeluaran (rutin dan pembangunan) dan menaikkan harga bahan bakar minyak. Semua langkah itu dilakukan setelah pemerintah melakukan pemotongan nilai uang dalam upaya mengendalikan hiperinflasi yang terjadi.
Pria kelahiran Maumere, pada 4 Oktober 1926 ini pernah menempuh pendidikan di Katolieke Economische Hogeschool, Tilburg Belanda dan berhasil menjadi Doktorandus Ekonomi pada tahun 1956.
Baca juga: Penjualan Rumah Loyo, Harga Properti Tiarap |
Bagaimana perjalanan karirnya? Buka halaman selanjutnya.