Sri Mulyani: 30% Pengguna Layanan Publik Masih Harus Bayar Sogokan

Sri Mulyani: 30% Pengguna Layanan Publik Masih Harus Bayar Sogokan

Vadhia Lidyana - detikFinance
Jumat, 11 Des 2020 08:45 WIB
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati melantik pejabat eselon II
Foto: Dok. Kementerian Keuangan
Jakarta -

Berdasarkan survei transparansi internasional yakni Global Corruption Barometer, sebanyak 30% masyarakat Indonesia yang menggunakan pelayanan publik harus membayar uang sogokan. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, fenomena itu banyak terjadi baik di pemerintah pusat maupun daerah.

"Survei transparansi internasional yang mengukur Global Corruption Barometer di Indonesia, menggambarkan ini survei terbaru 2019 sampai Maret 2020, Indonesia ditunjukkan 30% para pengguna layanan publik masih harus bayar sogokan. Walau angka ini masih lebih baik dari India 39%, atau Kamboja 37%, kita tidak boleh sama sekali merasa senang," ungkap Sri Mulyani dalam webinar Hari Korupsi Anti Sedunia (Hakordia) 2020, Kamis (10/12/2020).

Ia mengaku, dirinya banyak menerima keluhan masyarakat di media sosial terkait pelayanan publik, terutama di level Pemda.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ini tidak hanya di pusat, sering di daerah. Dalam feedback di media sosial, banyak yang tidak bisa bedakan ini pelayanan daerah atau pusat. Buat mereka pemerintah itu satu. Dan kita lihat dinas daerah dapatkan feedback masih tidak baik pelayanan kepada masyarakat. Ini tertangkap dalam survei transparansi internasional," ujar Sri Mulyani.

Melihat kondisi ini, Sri Mulyani Indrawati mempertanyakan kinerja pegawai pemerintahan yang selalu memperoleh kenaikan tunjangan kinerja.

ADVERTISEMENT

"Apalagi di Kementerian Keuangan, kita tahu persis pemerintah daerah, kementerian/lembaga semuanya sudah meningkatkan tunjangan kinerja. Kita juga tahu persis bahwa selama beberapa tahun terakhir digiatkan wilayah birokrasi bersih dan melayani, bebas korupsi. Namun, kalau 30% masyarakat kita mengakui masih harus bayar sogokan untuk pelayanan, itu adalah suatu indikator yang perlu dilihat lagi. Strategi kita untuk perbaiki birokrasi," tutur mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu.

Berlanjut ke halaman berikutnya.

Tak hanya sogokan, Sri Mulyani Indrawati juga membeberkan hasil survei yang menunjukkan masih banyak masyarakat Indonesia yang mengandalkan koneksi pribadi di kalangan pemerintahan demi memperoleh pelayanan publik.

"Kemudian masih ada 36% pengguna layanan di Indonesia yang bisa melakukannya apabila memiliki koneksi pribadi. Ini tidak menggambarkan bahwa kita melayani rakyat apapun latar belakangnya," urai dia.

Oleh sebab itu, ia meminta fakta ini dijadikan sebagai bahan pelajaran, dan para pegawai/pejabat pemerintahan bisa memperbaiki kinerjanya.

"Hal inilah yang merupakan tantangan kita dari sisi yang disebut kinerja integritas Indonesia," tegasnya.

Terlebih kepada jajaran Kemenkeu, Sri Mulyani Indrawati mengingatkan untuk tidak terlibat dalam segala bentuk tindakan korupsi.

"Saya harap, jajaran Kemenkeu tidak hanya bicara anti korupsi di lingkungan kita. Tetapi kita bertanggung jawab untuk perbaiki policy regulasi. Dana transfer ke daerah yang sangat besar untuk Pemda melayani masyarakat tanpa sogokan, itu harus terus ditingkatkan efektivitasnya," tandas dia.


Hide Ads