Dear Ibu-Ibu, Harga Telur Ayam dan Cabai Naik Nih Jelang Akhir Tahun

Dear Ibu-Ibu, Harga Telur Ayam dan Cabai Naik Nih Jelang Akhir Tahun

Vadhia Lidyana - detikFinance
Minggu, 20 Des 2020 07:15 WIB
Harga cabai dan daging ayam di Kota Bandung mulai beranjak naik. Kenaikan disebabkan pasokan yang terbatas dan memasuki musim hujan.
Foto: Siti Fatimah

Sementara itu, seorang pedagang sayur bernama Ajum mengaku heran dengan kenaikan harga cabai yang sangat drastis ini. Pasalnya, Hari Natal masih enam hari lagi, tapi kenaikan harga cabai sudah sangat tinggi.

"Sudah semingguan cabai naik. Susah carinya. Saya ambil dari Kramat Jati. Memang cabai-cabaian sih biasa naik kalau mau hari besar. Tapi ini kan masih 5 hari lagi, naiknya sudah tinggi. Dan memang cari stoknya juga susah sih," jelas Ajum.

Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan (Kemendag) Syailendra mengungkapkan, kenaikan ini terjadi karena ada penurunan pasokan telur ayam karena jumlah ayam petelur (layer) juga berkurang.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Imbas dari harga broiler (ayam pedaging/potong) yang sempat tinggi pada periode sebelumnya yang mengakibatkan sebagian ayam layer beralih ikut memasok pasar broiler, atau diafkir/kapasitas ayam ras petelur berkurang, sehingga berdampak pada berkurangnya pasokan telur ayam ras saat ini," kata Syailendra kepada detikcom.

Selain itu, ia mengatakan kenaikan harga telur juga disebabkan oleh harga pakan ternak impor yang naik.

ADVERTISEMENT

"Kenaikan harga pakan akibat bahan baku asal impor yang mengalami kenaikan turut juga memperparah kondisi harga telur ayam ras saat ini," jelas dia.

Sementara itu, menurut Direktur Jenderal PKH Kementan Nasrullah, baik dari sisi stok telur sebenarnya cukup. Selain itu, menurutnya aktivitas afkir pada ayam petelur dilakukan pada ayam yang sudah tidak produksi telur lagi. Maksudnya, ayam petelur yang diafkir dan dijual menjadi ayam potong tidak mengurangi stok telur, karena sebelumnya ayam itu juga sudah tak lagi produksi telur.

"Kalau afkir yang dijual itu ayam yang sudah tidak bertelur lagi. Jadi tidak ada hubungannya dengan produksi telur karena sudah diafkir," kata Nasrullah.

Melengkapi Nasrullah, Kepala Bidang Harga Pangan Badan Ketahanan Pangan, Kementerian Pertanian Inti Pertiwi mengatakan, kenaikan disebabkan oleh tingginya permintaan di tengah pandemi, dengan angka konsumsi telur naik 0,09 kilo per kapita per tahun.

Inti menuturkan, pandemi ini membuat masyarakat beralih mengkonsumsi telur ayam ketimbang daging. Hal itulah yang menyebabkan permintaan tinggi, dan harga telur ayam pun naik.

"Penurunan produksi produk peternakan selama pandemi itu sampai 40%, tapi tidak untuk telur. Telur nggak ikutan turun, karena orang beralih dari daging, ke telur. Karena banyak keunggulan telur, lalu lebih murah, dan mudah menjangkaunya," papar dia.


Hide Ads