3. Tahu dan Tempe 'Comeback' di Tukang Gorengan
Dengan kembalinya tahu dan tempe di pasar, para pedagang gorengan pun juga kembali menjual dua jenis makanan khas Indonesia tersebut. Ketika tahu dan tempe menghilang selama tiga hari kemarin, para pedagang gorengan juga tak menjualnya karena tak ada bahan baku.
"Sudah jual lagi. Tadi pagi belanja ada di pasar. Tapi ini baru mau digoreng," kata Sutara seorang tukang gorengan di kawasan Stasiun Gondangdia.
Sutara mengatakan, harga tahu dan tempe naik di pasar. Meski begitu, ia tak menaikkan harga jualnya. Namun, keuntungannya secara otomatis menipis. Apalagi, potongan tahu dan tempe yang ia jual tetap sama, artinya tak diperkecil. Meski begitu, menurutnya lebih baik untung sedikit daripada dagangannya tak laku.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ya sedikit saja. Untung sedikit nggak apa-apa. Takut nggak laku, kita kan lagi susah. Potongannya tetap sama. Cuma kan ini kurang untung, tapi bisa dari pisang, ubi atau yang lain. Kita dagang yang penting habis. Cuma untungnya beda," kata Sutara.
4. Pedagang Warung Nasi Putar Otak
Tak hanya tukang gorengan, para pedagang makanan di warung nasi atau Warung Tegal (Warteg) juga tak menjual menu tahu dan tempe selama 3 hari kemarin karena hilang di pasaran. Kini, para pedagang di warung-warung nasi sudah mulai kembali menjual tahu dan tempe.
Salah satunya adalah Darti, seorang pemilik warung nasi yang berlokasi di Kemayoran, Jakarta Pusat. Ia mengaku, baru hari ini dirinya kembali menyediakan tahu dan tempe di warungnya.
Ia mengatakan, harga tahu dan tempe yang ia beli di Pasar Sumur Batu sudah naik, sehingga mau tak mau ia menjual di warungnya dengan potongan yang diperkecil.
"Harganya standar, cuma ukurannya saya kecilkan, potong kecil. Lauk lain juga sama," tutur Darti.
5. Penyebab Harga Tahu dan Tempe Naik
Kenaikan harga tahu dan tempe dipicu oleh kenaikan harga kedelai di pasar global, dari semula Rp 6.100-6.500 per kilogram (kg), kini naik menjadi Rp 9.500/kg.
Para perajin/produsen tahu dan tempe pun menaikkan harga jual di antara 10-20%, setelah mogok produksi 3 hari kemarin.
(ara/ara)