Jakarta -
Rembesnya beras Vietnam jenis jasmine rice di Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC) tengah menjadi sorotan. Bagaimana tidak, beras ini merembes ke pasar dan dijual dengan harga yang relatif lebih murah.
Ketua Umum Persatuan Pengusaha Penggilingan Padi dan Beras (Perpadi) Sutarto Alimoeso buka suara terkait beras yang rembes itu. Dia menjelaskan, anggotanya menemukan beras jasmine rice yang dijual dengan harga relatif murah. Setelah kemasannya dibuka, ternyata beras tersebut merupakan beras premium biasa.
Dia menambahkan, jasmine rice sendiri merupakan beras dalam kategori khusus. Pada dasarnya, impor terbuka untuk beras khusus ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau Perpadi kami di Jakarta menemukan di lapangan itu tiba-tiba ada beras Vietnam yang harganya relatif murah, di dalam bungkusnya dikatakan jasmin rice. Ternyata setelah dibuka pada dasarnya beras premium biasa. Kalau jasmin rice memang pada dasarnya masih ada izin-izin khusus impor jasmine rice kan, artinya beras khusus ada izin impor," katanya kepada detikcom, Minggu (24/1/2021).
Dia menuturkan, untuk beras medium dan premium seharusnya tidak ada yang masuk. Sebab, posisi beras saat ini biasa saja bahkan cenderung lesu.
"Tapi kalau beras biasa, premium itu atau medium itu nggak ada, mestinya tidak ada yang masuk. Nah karena situasi tahun ini posisinya posisi surplus kemudian pasaran lokal sedang biasa-biasa, bahkan cenderung malah lesu. Ko tiba-tiba ada beras impor masuk, itulah yang dilaporkan teman-teman," terangnya.
Ia menuturkan, kasus ini saat ini telah ditangani oleh pihak berwajib. Dia menambahkan, harga beras jasmine rice sendiri seharusnya di atas Rp 10.000.
"Rata-rata mendekati US$ 1 aslinya pastinya di atas Rp 10 ribu karena kan harga naik turun dan persaingan produksi di negara-negara tersebut," ujarnya.
Meski demikian, pihaknya tak ingin berkomentar lebih jauh terkait masuknya beras tersebut, termasuk dugaan adanya pemalsuan kemasan. "Ya yang bisa mengatakan tentu pihak berwajib, intinya di situ yang tercantum di label luar dengan isinya berbeda. Ini menurut laporan ya, saya sendiri tidak sempat melihat karena terus menghilang," ujarnya.
Sutarto Alimoeso melanjutkan, masuknya beras ini akan menyebabkan kerugian bagi pengusaha. Lantaran, beras itu dijual seharga Rp 9.000 per kg. Sementara, harga pasaran beras premium adalah sekitar Rp 9.200 hingga Rp 9.700 per kg. Apalagi, kondisi perberasan saat ini dalam kondisi surplus.
"Dampak saat surplus seperti sekarang pasti akan mempengaruhi teman-teman di pelaku bisnis akan tersaingi karena harga mereka, artinya harga dalam negeri beras premium sudah di tingkat grosir pasti sudah di atas Rp 9.000 mungkin Rp 9.200-Rp 9.700. Ini kan Rp 9.000 tentu kan tersaingi. Tersaingi dalam arti tertekan, tertekan kan tidak laku, tidak laku kan menyebabkan kerugian bagi teman-teman," paparnya.
Dia menambahkan, kondisi saat ini juga menjelang panen. Dia bilang, jika kondisi itu terus berlanjut maka akan berdampak pada harga beras di petani.
"Yang kedua tentunya dengan turun itu pasti nanti dampaknya lagi, apalagi masuknya terus menerus, ini kan menjelang panen, bulan depan panen tentunya akan menekan harga di tingkat petani, dampaknya sampai ke tingkat petani," ujarnya.
Dia pun mengingatkan agar jangan sampai masalah bawang merah terulang di beras. Dia bilang, jika ada impor jelang panen maka akan menjatuhkan petani.
"Kalau dilihat dua aspek, yang pertama harga dan yang kedua waktu, waktu itu menjelang panen raya. Itu kan kalau model begitu jangan sampai terjadi di bawang merah. Di bawang merah itu sering pas panen raya, kemudian masuk bawang merah impor, itu langsung jatuh kan harga bawang merah. Jadi itu ada pihak-pihak yang kurang baiklah, kalau seperti itu kan artinya menjatuhkan petani," ujarnya.
Kemendag Buka Suara
Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kemendag Didi Sumedi mengatakan, pihaknya memang mengeluarkan izin impor untuk beberapa jenis beras.
"Ya betul Kemendag di 2020 telah menerbitkan izin impor beras premium seperti basmati, japonica dan jasmine," katanya kepada detikcom.
Dia mengatakan, kasus tersebut tengah didalami Kemendag. Berdasarkan informasi tim yang diterjunkan, kemungkinan beras itu dioplos sehingga bisa dijual murah.
Sebagaimana diberitakan, beras yang rembes di Pasar Cipinang itu dibandrol seharga Rp 9.000 per kg. Padahal, harga aslinya sekitar Rp 16.000 hingga Rp 19.000 per kg.
"Kasus tersebut sedang didalami oleh unit pengawasan Kemendag (Ditjen. Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga). Info dari tim yang diterjunkan, harga jasmine rice di lapangan sebenarnya Rp 16 ribu sampai dengan Rp19ribu/kg. Kemungkinan menurut tim, beras tersebut oplosan sehingga bisa dijual murah," katanya.