400 Ribu Ton Beras Bulog Turun Mutu, Negara Ditaksir Rugi Rp 1,2 T

400 Ribu Ton Beras Bulog Turun Mutu, Negara Ditaksir Rugi Rp 1,2 T

Hendra Kusuma - detikFinance
Kamis, 25 Mar 2021 05:30 WIB
Rencana impor beras oleh mendapat penolakan oleh sejumlah pihak, termasuk dari Dirut Perum Bulog. Yuk kita lihat stok beras Bulog di gudang Cimahi, Jawa Barat.
Foto: Wisma Putra
Jakarta -

Ombudsman RI menyoroti adanya beras di gudang Perum Bulog yang sudah turun mutu. Ombudsman menilai kebijakan penyediaan beras penugasan pemerintah pada Perum Bulog bermasalah.

Anggota Ombudsman RI Yeka Hendra Fatika memaparkan ada 300-400 ribu ton beras di gudang Bulog berpotensi turun mutu.

Jumlah itu merupakan stok beras dari tahun 2018-2019 yang didapat dari penyerapan lokal maupun impor di tahun 2018. Dia menilai bila ada beras yang tidak lagi layak konsumsi, kemungkinan negara akan merugi Rp 1,25 triliun.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Terdapat 300-400 ribu ton beras turun mutu, bila setengahnya saja tidak layak konsumsi maka kerugian negara itu Rp 1,25 triliun. Siapa yang mesti bertanggung jawab, kalau benar-benar nggak bisa dikonsumsi, ini beberapa gelisah juga," ujar Yeka dalam konferensi pers virtual, Rabu (24/3/2021).

Dia menyebutkan selama ini jalur distribusi beras Bulog mulai dipangkas. Apalagi setelah program beras sejahtera alias Rastra dihentikan per 2016 dan digantikan menjadi program Banguan Pangan Non Tunai (BPNT).

ADVERTISEMENT

Dengan kebijakan itu jelas mengurangi distribusi beras yang ada di gudang Bulog. Di sisi lain Bulog tetap diminta untuk menyerap produksi gabah dalam negeri untuk dijadikan beras.

"Ini lah kebijakan stok yang ditugaskan ke Perum Bulog jadi concern Ombudsman. Sejak 2016 Perum Bulog itu kehilangan outlet terbesarnya, program Rastra kemudian jadi BPNT. Sedangkan BPNT bisa ambil dari pihak selain Bulog berasnya," ungkap Yeka.

"Di satu sisi Bulog mesti serap produk gabah dalam negeri selama setahun penuh," katanya.

Yeka menilai adanya kebijakan yang tidak sinkron, penyerapan beras di Bulog tak diiringi dengan kebijakan penyalurannya. Hal ini disebut bisa merugikan negara bahkan mematikan Bulog. Yeka menilai seharusnya stok Bulog juga boleh dijual komersil dalam jumlah banyak.

"Ini berpotensi merugikan negara dan bisa jadi ujungnya mematikan Bulog sendiri," ujar Yeka.

lanjut ke halaman berikutnya

Tidak sampai di situ saja, Yeka menilai Ombudsman mencium adanya potensi maladministrasi pada kebijakan penyediaan beras pada Perum Bulog.

"Ombudsman mencermati adanya potensi maladministrasi dalam manajemen stok beras akibat kebijakan tak terintegrasi dari hulu hilir. Semuanya tidak terintegrasi ada bottleneck di situ, maka beras turun mutu terjadi dan bisa menimbulkan kerugian besar," kata Yeka.

Stok beras yang turun mutu ini juga diamini oleh Dirut Perum Bulog Budi Waseso. Apa katanya?

Budi Waseso yang juga akrab disapa Buwas pernah mengatakan Perum Bulog masih memiliki stok beras impor dari pengadaan tahun 2018 lalu. Bahkan hal ini sudah dilaporkan langsung ke Presiden Joko Widodo.

Adapun dari total pengadaan sebanyak 1.785.450 ton beras, masih tersisa 275.811 ton beras belum tersalurkan. Dari jumlah tersebut, 106.642 ton di antaranya merupakan beras turun mutu.

"Kami sudah lapor ke presiden saat itu, beras impor kami saat Maret tahun lalu (stoknya) 900 ribu ton sisa dari 1,7 juta ton, sekian juta ton beras impor, jadi sudah menahun kondisinya," ujar Buwas dalam rapat dengar pendapat (RDP) bersama Komisi IV DPR RI, Senin (15/3/2021).

Beras turun mutu itu, sambung Buwas sebenarnya masih layak pakai, akan tetapi harus dicampur dengan beras dalam negeri demi mempertahankan kualitas berasnya. "Layak pakai tapi harus di-mix dengan beras dari dalam negeri," katanya.

Namun, cara mencampur beras impor dan dalam negeri itu memerlukan waktu lebih panjang. Untuk itu, penyalurannya pun jadi lebih lambat. Penyebab lain, beras impor kurang terserap di masyarakat adalah karena rasanya kurang cocok di lidah orang Indonesia.

"Permasalahannya ada kesalahan saat impor lalu rata-rata taste-nya pera, nggak sesuai dengan taste masyarakat kita, sehingga jadi permasalahan," imbuh Buwas.


Hide Ads