Soal Tradisi Beri Salam Tempel dan Hukum Posting di Medsos

Soal Tradisi Beri Salam Tempel dan Hukum Posting di Medsos

Anisa Indraini - detikFinance
Senin, 26 Apr 2021 03:30 WIB
Ilustrasi THR
Foto: Muhammad Ridho
Jakarta -

Salam Tempel saat Lebaran sudah biasa dilakukan oleh masyarakat Indonesia. Berbagi angpao berisi uang baik kecil atau pecahan besar seakan sudah menjadi tradisi.

Biasanya orang yang lebih muda akan mendapatkan uang setelah bermaaf-maafan dengan orang yang lebih tua. Tapi kenapa sih ada tradisi bagi-bagi uang saat Lebaran? Apakah hukumnya wajib?

Ustaz Yusuf Mansur menceritakan untuk pemberian salam tempel ini sebenarnya prinsipnya adalah sedekah dan tidak memberatkan bagi pemberinya. Tradisi ini juga dilakukan di banyak negara muslim seperti Arab Saudi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Karena prinsipnya sedekah, di Arab juga banyak yang berbagi apalagi di bulan Ramadhan, makin dekat Idul Fitri makin kenceng. Mulai berbagi takjil, pakaian sampai uang," kata dia dalam Podcast Tolak Miskin, Jumat (23/4/2021).

Kemudian, dia juga pernah datang ke acara salah satu orang kaya di Arab saat momen Idul Fitri. "Saya pernah juga ke acara orang kaya di tanah suci Mekkah, persis kayak di sini habis pengajian dibagi-bagi kurma dan dibagi duit juga segepok, saya kebagian juga alhamdulillah rejeki," jelas dia.

ADVERTISEMENT

Dikarenakan sifatnya sedekah, maka bentuk pemberian salam tempel tidak hanya terbatas pada uang saja. Bisa juga berupa makanan, pakaian, hingga buah-buahan.

"Bentuknya bukan cuma uang tapi juga makanan, pakaian, buah-buahan," tuturnya.

"(Uang juga) melakukan saya pernah datang ke acara orang kaya di tanah suci Mekkah itu kayak di sini persis, begitu abis pengajian bagi-bagi berapa dus kurma setiap orang, terus duit, duitnya juga segepok tuh. Saya pernah kebagian juga karena dianggap jemaah," lanjutnya bercerita.

Terlepas dari apapun pemberiannya, Yusuf Mansur mengingatkan agar selama pemberian salam tempel dibarengi dengan kasih sayang dan perhatian. Menurutnya, itu lebih penting daripada sebatas memberi dengan hati sombong.

"Yang bagus kita berbagi disertakan kasih sayang, jadi kita berbaginya itu pakai getaran cinta gitu lho. Kan bisa dibedakan antara orang berbagi 'nih nih nih nih', sama diajak ngobrol, duduk bareng, makan bareng, dipeluk gitu lho. Perlu penghargaan, bukan 'nih gua si kaya, lu si miskin' bukan gitu," imbuhnya.

Apakah memberi salam tempel terus diposting di sosmed jadinya riya? Klik halaman selanjutnya.

Yusuf Mansur mengatakan semua itu tergantung dari orang yang melihat konten tersebut. Sebagai netizen yang melihat, sebaiknya jangan berburuk sangka dan menganggap konten itu untuk riya.

"Pertama kita melihatnya dulu jangan buruk sangka. Kalau kita melihatnya buruk sangka ya kita yang salah," katanya.

Yusuf Mansur menyebut pemberian salam tempel yang dijadikan konten di medsos bisa untuk memotivasi yang lain untuk ikut bersedekah. Dengan begitu semakin banyak yang berbuat kebaikan di bulan Ramadhan yang suci ini.

"Kan kita nggak tahu hati seseorang bisa jadi niat-niat beliau itu mengabarkan, kemudian menyebarkan dalam bentuk dakwah, mengajak, terus kita yang melihat sewot, yang salah siapa?" ucapnya.

Saat melihat konten kebaikan di medsos seperti memberikan salam tempel, disarankan kita yang melihat mendoakan yang baik. Paling tidak bisa seperti mereka yang memberikan kebaikan salam tempel.

"Paling tinggi dari kita yang melihat hal-hal seperti itu adalah doa, bukan buruk sangka. Paling mentok harusnya doa, misalkan kita melihat orang ini riya, sombong, jangan itu yang keluar tapi doa 'mudah-mudahan beliau bukan riya dan bukan sombong', tandasnya.


Hide Ads