Duh! Jalan RI Jadi Negara Maju Makin Terjal Usai Turun Kelas

Duh! Jalan RI Jadi Negara Maju Makin Terjal Usai Turun Kelas

Herdi Alif Al Hikam - detikFinance
Kamis, 08 Jul 2021 20:00 WIB
Pertumbuhan ekonomi RI di kuartal II-2021 diramal tembus 7%. BI menyebut hal ini karena pemulihan di sektor pendukung turut mendorong ekonomi nasional.
Foto: Agung Pambudhy
Jakarta -

Indonesia kembali menjadi negara berpenghasilan menengah ke bawah alias lower middle income country, hal itu sesuai dengan laporan Bank Dunia terbaru. Dengan laporan ini, Indonesia resmi turun kelas.

Asal tahu saja, Indonesia baru saja naik menjadi upper middle income country tahun lalu. Baru setahun peringkat itu dirasakan kini malah turun kembali. Masih bisakah Indonesia naik kelas, bahkan menjadi negara berpenghasilan ke atas?

Menurut Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira jalan Indonesia menjadi negara maju dan berpenghasilan atas sangat terjal. Pasalnya, Indonesia terlambat memiliki dasar fundamental dan struktur ekonomi yang kuat.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Meski begitu, ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mengejar ketertinggalan itu. Secara jangka panjang pemerintah harus bisa menyediakan kesejahteraan masyarakat. Perlindungan sosial menurutnya harus ditingkatkan.

Kebutuhan dasar seperti pangan, pendidikan, kesehatan, dan lain-lain harus bisa disediakan pemerintah. Khususnya kepada kalangan menengah ke bawah.

ADVERTISEMENT

"Pemerintah harus memperkuat jaring perlindungan sosial agar no one left behind, tidak ada yang tertinggal dalam proses mencapai negara maju," ungkap Bhima kepada detikcom, Kamis (8/7/2021).

Kemudian, menurut Bhima, pemerintah harus mendorong inovasi dan peningkatan layanan pendidikan. Mulai dari ketersediaan dan kualitasnya. Setelah itu melakukan penguatan industri manufaktur, khususnya untuk meningkatkan nilai tambah produk lokal dan membuka lapangan kerja.

"Mendorong inovasi dan upgrade kualitas pendidikan. Lalu, fokus lakukan transformasi struktural khususnya ke penguatan industri manufaktur yang menciptakan nilai tambah dan lapangan kerja yang berkualitas," ungkap Bhima.

Sementara itu, menurut ekonom Bank Permata Josua Pardede, dalam jangka menengah menurutnya pemerintah harus fokus dahulu menangani dampak COVID-19. Pandemi harus bisa ditekan dan ditangani, baru setelah itu ekonomi akan pulih. Menurutnya, Indonesia turun peringkat karena ekonomi nasional tertekan pandemi COVID-19, imbasnya pendapatan masyarakat menurun.

"Paling penting adalah upaya pemerintah mendorong penanganan COVID agar selanjutnya bisa melakukan pemulihan ekonomi. Kalau sudah terjadi pemulihan ekonomi maka pertumbuhan ekonomi, hingga pendapatan per kapita akan meningkat," ungkap Josua kepada detikcom.

Menurutnya, bila pertumbuhan ekonomi bisa berada di kisaran positif Indonesia bisa naik kelas lagi. Setidaknya satu peringkat menuju upper middle income, atau kembali menjadi negara berpenghasilan menengah ke atas.

"Setelah pandemi pertumbuhan ekonomi bisa ke kisaran 5%, kalau udah trajectory 5% mestinya sih klasifikasi naik ke upper nggak butuh waktu lama. Yang penting kan targetnya 2045 ini keluar dari middle income trap," ungkap Josua.

Kembali ke Bhima, dia menilai klasifikasi pendapatan ini sendiri mencerminkan kesejahteraan masyarakat Indonesia. Nah apabila Indonesia terus menerus menjadi negara berpenghasilan menengah ke bawah dikhawatirkan masyarakat akan tua sebelum kaya.

Menurutnya saat ini masyarakat akan kesulitan meningkatkan pendapatan, alhasil hidup akan stagnan tak ada kemajuan. Otomatis untuk menjadi kaya sebelum tua akan sangat sulit.

"Indonesia ini akan tua sebelum kaya, jadi artinya kita akan masuk sebagai generasi yang perlindungan sosialnya kecil dari negara, pemerintah. Sementara itu pendapatan rata-rata nggak alami kenaikan tinggi, alhasil hidup bakal begini-gini saja. Tidak ada kenaikan kualitas hidup secara umum. Baik dalam hal kesehatan dan pendidikan," ungkap Bhima kepada.

Menurutnya, kalau sudah begini kalangan usia tua, apalagi lansia, akan sangat terpengaruh kesejahteraannya. Bagi anak muda, bila Indonesia tak kunjung naik kelas pendapatannya maka kalangan muda di Indonesia berpotensi menjadi generasi sandwich.

Maksudnya, generasi yang harus menghidupi orang tuanya, sekaligus keluarga kecilnya. Generasi sandwich ini pun menurutnya akan menghadapi kondisi yang makin berat dari generasi sebelumnya.

"Nah anak mudanya, ancamannya turun kelas ini akan makin banyak anak muda yang masuk ke generasi sandwich. Ini generasi yg dia harus menanggung beban keuangan orang tuanya. Sementara dia juga tanggung beban keluarganya, anak dan istrinya misalnya," kata Bhima.




(hal/das)

Hide Ads