5 Fakta Harga Cabai Tak Lagi Pedas hingga Petani-Pedagang Kelabakan

5 Fakta Harga Cabai Tak Lagi Pedas hingga Petani-Pedagang Kelabakan

Aulia Damayanti - detikFinance
Selasa, 31 Agu 2021 19:00 WIB
Cabai Merah Keriting
Foto: Puti Aini Yasmin
Jakarta -

Harga cabai merosot hingga menyebabkan petani cabai meringis, bahkan nekat membakar dan menggratiskan hasil panennya. Petani mengungkap saat ini harga jual cabai di petani anjlok ke harga Rp 4.000-5.000 per kilogram (kg).

Imbasnya juga dirasakan oleh pedagang pasar. Harga yang anjlok itu disebabkan oleh stok panen cabai yang melimpah dan permintaan yang sedikit dari konsumen.

Berikut fakta-fakta harga cabai yang tak lagi pedas:

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

1. Harga di Petani Anjlok

Ketua Asosiasi Agribisnis Cabai Indonesia (AACI), Abdul Hamid mengungkap hal itu bisa saja terjadi karena harga jual cabai di petani sangat rendah, untuk saat ini harganya Rp 4.000-5.000/kg

"Ya sebenarnya itu bisa saja terjadi kepada petani, karena memang kondisi petani saat ini sangat pusing. Harga cabai keriting Rp 4.000-5.000/kg, cabai rawit Rp 8.000/kg. Biaya panen saja sudah Rp 3.000-2.000/kg," katanya kepada detikcom, Senin (31/8/2021).

ADVERTISEMENT

2. Stok Panen Raya Melimpah

Ketua IKAPPI Abdullah Mansuri mengatakan harga cabai yang rendah itu disebabkan karena stok cabai yang melimpah dan daya beli yang juga turun.

Kemudian, Ketua Asosiasi Agribisnis Cabai Indonesia (AACI), Abdul Hamid mengungkap rendahnya pembeli juga disebabkan oleh PPKM yang tengah berlangsung, di mana hal itu menyebabkan banyak restoran tutup.

"Mungkin ada beberapa pengaruh penyerapan pasar yang minim, PPKM juga salah satu penyebabnya. Karena yang beli kan kuliner dan ibu rumah tangga yang jarang keluar, itu lagi menurun, restoran kan tutup seperti itu kan juga berpengaruh," jelasnya.

3. Petani Banting Setir Tanam Bawang

Rendahnya harga cabai, menyebabkan petani kini terpaksa beralih menanam tanaman lain, seperti bawang merah dan bawang putih.

"Selalu disarankan untuk menanam tanaman lain, umumnya petani dari awal tumpang sari. Jadi, mereka tidak hanya menanam cabai tetapi juga menanam bawang merah-bawang putih juga. Itu banyak yang seperti itu. Ada juga yang akhirnya baru menanam tanaman lain juga," jelas Hamid.

Dengan menanam tanaman lain, petani bisa meminimalisir risiko yang ada seperti anjloknya harga cabai saat ini. Namun, Hamid mengkhawatirkan jika penurunan harga terus terjadi petani juga enggan untuk menanam tanaman lain.

"Kan lebih baik meminimalkan risiko. Tetapi yang saya khawatirkan petani juga malas untuk menanam tanaman lain karena sudah tidak ada modal lagi," katanya.

Pedagang gratiskan cabai. Cek di halaman berikutnya.

4. Pedagang Gratiskan Cabai

Ketua IKAPPI Abdullah Mansuri mengungkap saat ini pedagang rela menurunkan harga jualnya dan menggratiskan dagangannya karena takut stok cabainya membusuk.

"Cabai ini berlebih. Kita susah jualnya karena memang daya belinya belum normal, karena persoalannya cabai ini kan tidak bisa bertahan lama sehingga yang sudah mendapatkan stok akhirnya banyak yang dibagi-bagi, dijual murah dan seterusnya, karena khawatir busuk," ungkapnya.

Tidak hanya itu, dikhawatirkan jika cabai membusuk pedagang bisa membuang stok cabainya. Menurutnya pola naik-turunnya harga cabai yang terjadi saat ini sudah terjadi bertahun-tahun.

"Polanya seperti ini kondisinya kan sama selama bertahun-tahun, dalam tahun ini saja sudah tiga kali kenaikan. Sampai tembus Rp 100.000. Nah ini selalu terjadi polanya sama di saat panen raya bahkan dibuang-buang, bukan berarti petani buang-buang pedagang juga sulit untuk menjual. Konsumen juga nggak mau kan yang busuk dan akhirnya kan kebuang," ujarnya.

5. Ancaman Harga Naik

Jika penurunan harga dan permintaan yang minim terus terjadi dikhawatirkan petani akan enggan untuk menanam tanaman. Hal itu akan menyebabkan tingginya harga pada akhir tahun ini yang bertepatan dengan Hari Raya Natal dan tahun baru.

"Yang saya khawatirkan adalah nanti kalau mereka (petani) tidak bisa merawat tanamannya dari sekarang dikhawatirkan di bulan November dan Desember itu akan masalah. Harganya akan tinggi, ditambah lagi hari raya besar Natal, Tahun Baru, kemudian mendekati Lebaran," terang Ketua Asosiasi Agribisnis Cabai Indonesia (AACI), Abdul Hamid.

"Saat itu stok juga akan menipis, Kalau bulan itu musim hujannya lebat, itu juga akan semakin parah keadaannya," tutupnya.


Hide Ads