Maka dari itu, PMN yang disuntikan kepada PT Aviasi Pariwisata akan juga diberikan kepada Garuda untuk mempertahankan jumlah pesawatnya.
"Pengurangan pesawat ini bakal berdampak saat recovery sesuai prediksi IATA, penerbangan domestik akan recovery di 2022 dan seterusnya. Tapi saat recovery Indonesia bakal kekurangan jumlah pesawat," ujar Edwin.
"Demand meningkat supply kecil, kalau nggak ada investasi ini maka akan terjadi economic clash," katanya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain ke Garuda, PMN juga akan diberikan untuk membantu kondisi PT Gapura sebagai perusahaan ground handling atau penunjang penerbangan di bandara. Jumlahnya, dalam paparan Edwin ada sekitar Rp 700 miliar.
"Gapura ini kondisinya nggak untung karena produksi drop sekali karena penerbangan jumlahnya habis dan ini sangat terdampak karena Garuda yang jadi anchor lainnya mereka berutang. Outstanding utang Garuda aja ada Rp 600 miliaran lebih," papar Edwin.
Lebih lanjut, Edwin menjelaskan sisa PMN akan digunakan untuk menunjang PT ITDC mengembangkan pariwisata Bali dan Mandalika, mendukung proyek bandara yang dikerjakan Angkasa Pura I dan II, mendukung penguatan bisnis UMKM oleh Sarinah, dan juga dukungan manajemen untuk holding Aviasi Pariwisata.
(hal/fdl)