Pengusaha Ungkap Kualitas PCR dari China

Achmad Dwi Afriyadi - detikFinance
Selasa, 02 Nov 2021 21:00 WIB
Foto: ANTARA FOTO/Wahdi Septiawan
Jakarta -

Reagen memiliki porsi yang cukup besar dalam pembentukan biaya tes PCR. Namun, kebanyakan reagen di Indonesia berasal dari impor, terutama dari China. Reagen sendiri merupakan cairan yang digunakan untuk mengetahui hasil tes PCR.

Sekretaris Jenderal Gabungan Perusahaan Alat-alat Kesehatan dan Laboratorium (Gakeslab) Randy Teguh menjelaskan, reagen dan bahan habis pakai lainnya punya porsi sekitar 50-60% dari pembentukan harga PCR. Hal itu mengacu data dari BPKP pada Oktober-November 2020 lalu.

Ia tak bisa memastikan porsi data yang terbaru. Namun, kemungkinan yang terbaru relatif sama. Sisanya, sebanyak 40% merupakan komponen lain seperti gaji dokter dan perawat.

"Kalau lihat dari data Oktober-November itu komponen alat lab-nya reagen dan juga habis pakai, APD, masker, sarung tangan itu komponennya itu besarnya dari harga sekitar 50-60%," katanya kepada detikcom, Selasa (2/11/2021).

Reagen ini kebanyakan berasal dari impor. Dia mengatakan, reagen itu kebanyakan didatangkan dari China.

"Ya kalau sekarang otomatis paling banyak dari RRC. Karena RRC itu kan basis produksi dunia lah ya menurut saya," ujarnya.

Ia tak bisa memastikan nilai impor reagen dari China. Meski demikian, ia menilai, reagen dari China porsinya 2/3 dari impor.

"Setengah lebih mungkin 2/3 dari China. Sisanya, Amerika, Eropa, Korea, Jepang. 2/3 dari China memang, banyak banget," ujarnya.

Simak video 'Blak-blakan Faisal Basri, Jangan Obral Fasilitas ke China':



Bagaimana perbandingan kualitas reagen China dengan buatan Eropa? Baca di halaman berikutnya




(acd/zlf)

Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork