Secara umum di Indonesia terdapat 2 jenis ternak ayam, yaitu ayam layer (telur) dan juga pedaging (potong). Adapun kedua jenis ayam ternak ini memiliki keunggulan dan kelemahannya masing-masing. Lantas mana yang lebih menguntungkan?
Sebelumnya kepada detikcom Kepala Dinas Peternakan Kota Blitar Adi Andhaka mengatakan sebenarnya keduanya sama-sama menguntungkan. Sebagaimana diketahui Kota Blitar merupakan penyumbang pasokan telur nasional sebanyak 30%.
Peternak ayam layer di sana bisa menghasilkan puluhan ton telur dalam sebulan. Jadi tak salah kalau daerah ini bisa jadi tempat menimba ilmu bagi kamu yang ingin memulai usaha ternak ayam.
Dari segi modal, ayam broiler bisa dikatakan lebih sedikit dibandingkan dengan ayam layer. Untuk ayam broiler modal yang harus dikeluarkan cukup dengan bibit Day Old Chicken (DOC) dan juga kandang. Sedangkan untuk ayam layer modal yang harus dikeluarkan akan lebih besar karena ayam telur harus dibarengi dengan vaksin untuk menghindari penyakit.
"Memang ayam petelur dapat menghasilkan telurnya setiap satu hari. Tetapi jangka panen yang panjang yaitu sekitar 24 bulan membuat peternak harus merogoh kocek lebih dalam lagi untuk membeli pakan yang harus dibeli setiap harinya," ungkap Adi saat ditemui detikcom beberapa waktu yang lalu.
Dari segi perawatan, ayam broiler bisa dikatakan membutuhkan pakan yang berprotein lebih tinggi dibandingkan dengan ayam layer, tetapi jangka waktu panen yang pendek membuat pakan ayam broiler tidak terlalu banyak. Berbeda dengan ayam layer yang membutuhkan pakan 120 gram per harinya untuk 1 ekor ayam dengan jangka waktu panen hingga 24 bulan.
"Selain mengurus karyawan, menjadi peternak ayam ini juga harus mengurus nyawa ayam. Sebelum datang DOC, bersihkan kandang, alat-alat harus komplit, semua disiapkan dengan baik. Kalau ada yang sakit ayamnya dipisahkan, vaksinasi, diberi pengobatan," imbuh Adi.
Untuk pemasaran, Adi menyarankan peternak ayam broiler bermitra dengan industri agar pemasarannya lebih terjamin. Berbeda dari ayam layer yang bisa dilakukan secara mandiri dan tidak bermitra.
"Kalau ayam pedaging itu saya sarankan jangan mandiri namun kemitraan, karena semua (pasar) berada di bawah perusahaan. Ayam pedaging itu usia panennya sekitar 33-34 hari, pembersihan kandang sekitar 2 bulan atau 60 hari," jelas Adi.
Adi juga menuturkan untuk ayam broiler setahun dapat panen hingga 6 kali dan bisa 4 kali mendapatkan keuntungan, tetapi juga masih bisa mengalami kerugian hingga 2 kali, sebab sektor ayam pedaging sudah dikuasai oleh pabrikan. Dari segi modal, ayam broiler juga lebih kecil dibandingkan dengan ayam layer.
"Karena sektor ayam pedaging sudah dikuasai oleh pabrikan, mereka sudah punya breeding farm untuk menghasilkan DOC (Day Old Chicken, ayam yang baru menetas), pabrik pakan, RPU (rumah potong unggas), pasar, sistem, dan masuk juga di masyarakat kemitraan," tutur Adi.
Berbeda dari ayam broiler yang bermitra sehingga dapat dengan mudah mendapatkan pasar, ayam layer kebanyakan dilakukan secara mandiri, sehingga seluruh biaya pakan hingga pemasaran harus dipikirkan sendiri oleh peternak.
"Ya kalau ayam layer karena tidak bermandiri jadi harus kerja keras mencari pasar, itu dia kuncinya kalau ingin menjadi peternak ayam layer adalah sabar," tuturnya.
Jadi bila ditanya mana yang lebih untung, sebenarnya keduanya punya keuntungan dan kerugiannya masing-masing. Namun, beberapa peternak di Blitar lebih memilih untuk beternak ayam layer karena harganya lebih stabil dibandingkan dengan ayam pedaging.
(fdl/fdl)