Minyak Goreng Nongol Pas Harga Mahal, Distributor Ngaku Nggak Nimbun

Minyak Goreng Nongol Pas Harga Mahal, Distributor Ngaku Nggak Nimbun

Anisa Indraini - detikFinance
Jumat, 25 Mar 2022 16:12 WIB
Garis polisi melintang di salah satu kardus berisi minyak goreng kemasan yang ditimbun di sebuah gudang di Palu, Sulawesi Tengah, Jumat (4/3/2022). Satgas Pangan Sulawesi Tengah mengungkap dugaan penimbunan sebanyak 53 ton minyak goreng kemasan di dua gudang milik sebuah perusahaan distribusi dan menyegelnya untuk diproses secara hukum. ANTARA FOTO/Basri Marzuki/foc.
Ilustrasi/Foto: ANTARA FOTO/BASRI MARZUKI
Jakarta -

Komisi VI DPR memanggil pihak distributor dalam rapat dengar pendapat soal minyak goreng Kamis malam (24/3/2022). Hadir pula Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan Oke Nurwan.

DPR meminta distributor buka-bukaan terkait masalah minyak goreng. Pasalnya, saat pemerintah menetapkan harga eceran tertinggi (HET) Rp 14.000/liter minyak goreng langka, namun giliran HET dicabut pasokan minyak goreng justru melimpah.

Pihak distributor pun langsung buka suara. Direktur Utama PT Bina Karya Prima (BKP) Fenika Widjaya menegaskan pihaknya tidak menimbun minyak goreng. Hal itu dibuktikan dengan data penjualan yang meningkat selama pemerintah menerapkan Harga Eceran Tertinggi (HET).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Jadi pada saat fase DMO sebenarnya pengeluaran dari kami itu yang paling tinggi dibanding pencabutan HET DMO (16-21 Maret 22) 1.635.636 liter. Jadi tidak ada yang namanya penimbunan dari khususnya kami," kata Feni dalam RDPU di Gedung DPR RI, Kamis (24/3/2022) malam.

Berdasarkan datanya, terjadi peningkatan penjualan pada periode HET DMO (1 Maret-15 Maret 2022) yang mencapai 2.503.618 liter per hari, dibanding 2021 yang rata-rata 1.460.596 liter per hari. Artinya pihaknya telah mendistribusikan sebanyak-banyaknya selama periode tersebut.

ADVERTISEMENT

Sebagai informasi, model bisnis BKP hanya bertugas melakukan proses refinery dan distribusi alias tidak memiliki kebun atau pabrik kelapa sawit. Pihaknya hanya sebagai penjual minyak goreng kemasan, bahan baku dibeli dari perusahaan perkebunan swasta maupun BUMN.

Bersambung ke halaman berikutnya, masih ada yang menarik. Langsung klik

Feni juga menjelaskan alur distribusi di mana pihaknya menjual kepada subdistributor dan ada dua alur. Jika ke pasar tradisional, dijual melalui sub distributor kemudian konsumen. Sementara yang dijual ke pasar modern langsung dari main distributor oleh gerai modern kemudian langsung ke konsumen.

Feni pun membeberkan kemungkinan alasan mahal atau langkanya minyak goreng di masyarakat. "Gejala awal yang kami rasakan pada saat bahan baku mulai naik karena supercycle kami merasakan bahwa perdagangan CPO arahnya sudah agak condong ke sales market, jadi penjual mempunyai daya tawar yang lebih tinggi," tuturnya.

"Jadi kami mengalami sedikit kesulitan untuk membeli CPO dan kalaupun itu ada, harga bisa lebih tinggi dari harga tender KPB. itu yang kami rasakan gejala awalnya," tuturnya.

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Utama PT Masa Depan Cerah Kasim Subianto mengaku penjualannya turun sampai 20% selama harga minyak goreng naik dari akhir 2021. Dia sendiri bertindak selaku distributor khusus minyak goreng curah.

"Yang biasanya mereka sekali deal untuk seminggu ke depan, karena harganya tinggi mereka takut penjualan turun jadi mereka belinya sekitar 3 hari punya stok. Pada akhir 2021 harga sekitar Rp 17 ribuan per kg untuk minyak curah," bebernya.


Hide Ads