China memberikan sinyal pertumbuhan ekonominya akan tertekan. Hal ini karena pembatasan berskala besar atau lockdown demi mencegah penyebaran virus membuat ekonomi negara itu berdarah-darah.
Dikutip dari BBC disebutkan Politburo mengungkapkan jika pertumbuhan ekonomi masih dalam kisaran yang wajar namun tidak akan mencapai target sebelumnya yaitu 5,5%.
Kalangan analis menyebut memang sulit untuk mencapai target pertumbuhan 55%. "Target pertumbuhan ekonomi 5,5% ini tak lagi jadi keharusan untuk China," kata Kepala Ekonom ING Bank Iris Pang dikutip dari BBC, Jumat (29/7/2022).
Analis Nomura Ting Lu, Jing Wang dan Harrington Zhang mengungkapkan jika pemerintah China harus bisa lebih longgar menentukan target pertumbuhan ekonomi untuk wilayah yang tertekan Omicron dan lockdown lanjutan.
Memang kota-kota besar China termasuk pusat keuangan dan manufaktur seperti Shanghai lockdown demi menekan penyebaran virus.
Tak cuma itu kondisi ini juga mempengaruhi pasar properti di China yang sempat booming beberapa waktu lalu.
Kondisi ini membuat banyak pengembang properti di China menghentikan pembangunan rumah yang sudah terjual karena khawatir arus kas tak mencukupi.
Beberapa minggu terakhir banyak konsumen perumahan yang mengancam tak lagi mau membayar angsuran mereka hingga proses pembangunan dilanjutkan.
(kil/dna)