Ikan Napoleon Banyak Dibudi Daya, Warga Anambas Malah Ogah Makan

Tapal Batas

Ikan Napoleon Banyak Dibudi Daya, Warga Anambas Malah Ogah Makan

Jihaan Khoirunnisaa - detikFinance
Selasa, 16 Agu 2022 13:00 WIB
Budidaya Ikan Napoleon
Foto: detikcom/Rafida Fauzia
Kepulauan Anambas -

Mayoritas masyarakat Kepulauan Anambas berprofesi sebagai nelayan. Selain nelayan tangkap, warga lokal di sana juga banyak yang membudidayakan ikan.

Jenis ikan yang menjadi primadona dan menjadi andalan nelayan budidaya yaitu ikan napoleon. Memiliki nama latin Cheilinus undulates, napoleon merupakan ikan dari keluarga Labridae yang hidup di habitat terumbu karang. Panjangnya mampu mencapai lebih dari 2 meter dengan berat hingga 190 kilogram.

Ikan ini banyak ditemukan di laut Natuna dan sekitar Kepulauan Anambas. Dengan pusat budidaya berlokasi di Desa Air Sena dan Desa Batu Belah. Meski jumlah ikan napoleon cukup melimpah, namun ternyata masyarakat setempat justru tak pernah mencicipi kelezatan rasa ikan napoleon, lho.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Salah satu nelayan budidaya Desa Batu Belah Arpianto mengatakan kebanyakan nelayan lebih memilih untuk menjual ikan napoleon, ketimbang dikonsumsi sendiri. Alasannya karena mempertimbangkan harga jual ikan yang tinggi, yakni mencapai Rp 1 juta per ekornya.

"Saya nggak pernah (makan). Nggak pernah cicip rasanya (ikan) napoleon. Karena dihitung-hitung mahal. Kalau untuk konsumsi bisa hampir 1 kilogram. Itu harganya sudah Rp 1 juta. Sedangkan (harga segitu) untuk biaya hidup kan lama. Jadi mending dijual, daripada kita konsumsi," ujarnya kepada tim detikcom dengan logat melayu yang khas.

ADVERTISEMENT

Arpianto mengaku dirinya dan keluarga lebih sering menyantap ikan lain, seperti tongkol dan kerapu. Sebab harga jualnya yang masih tidak terlalu mahal.

"Kalau konsumsi kerapu saya sering. Istri kalau lagi kepingin ya ambil satu ekor. Karena harganya tidak terlalu mahal. Setengah kilo itu paling (harganya) Rp 100 ribu lebih. Gitu aja hitungan kita," katanya.

Arpianto mengatakan ikan napoleon biasanya akan diekspor jika sudah memasuki usia 4-5 tahun. Karena di usia tersebut, berat ikan sudah mencapai 1 kilogram. Hal ini mengikuti panduan dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) yang hanya memperbolehkan ekspor ikan napoleon dengan ukuran 1 sampai 3 kilogram per ekor.

Adapun negara tujuan utama ekspor ikan napoleon yaitu China dan Hong Kong. Menurutnya jenis ikan ini memang banyak diminati pembeli di sana.

Baca Selanjutnya >>>

"Napoleon laku di Hong Kong dan China. Tapi untuk sekarang (permintaan dari) China sepi sejak Corona. Jadi hanya dari Hong Kong saja. (Laku di sana) karena katanya menurut kepercayaan itu ikan legenda. Dan kedua (banyak disukai karena) dari segi gizinya," tuturnya.

Kendati permintaan atas ikan napoleon diakuinya cukup tinggi, namun Arpianto menyebut nelayan tidak bisa sembarangan dalam melakukan ekspor. Sebab pemerintah melalui KKP dan Dinas Perikanan Kepulauan Anambas telah membatasi kuota penangkapan dan ekspor ikan napoleon.

"Kita kan mengikuti pemerintah daerah dan dinas perikanan. Kadang hanya dapat 200 kilogram, itu jatah 1 kali masuk untuk 1 penampung. Kadang kalau jatahnya sedikit, kita ambil dari nelayan kecil. Hitung-hitung bantu nelayan kecil juga, sambil kita dapat untung," kata Arpianto.

Sebagai informasi, Arpianto merupakan salah satu nasabah pinjaman BRI. Kala itu Arpianto mengajukan pinjaman sebesar Rp 50 juta yang digunakannya untuk membeli bagan.

"Kita di BRI pinjam. Saya (pinjam) sudah 5-6 tahun (lalu), lupa persisnya. (Jumlahnya) Rp 50 juta awal mulanya. Itu (buat) kita bikin bagan buat cari ikan," tuturnya.

"Jadi (ikan-ikan di tambak) nyari makannya dari bagan," pungkasnya.

detikcom bersama BRI mengadakan program Tapal Batas yang mengulas perkembangan ekonomi, infrastruktur, hingga wisata di beberapa wilayah terdepan Indonesia. Untuk mengetahui informasi dari program ini ikuti terus berita tentang Tapal Batas di tapalbatas.detik.com!


Hide Ads