Awalnya, pelapak itu menolak tawaran Roy. Dia khawatir tak bisa membayar cicilan karena penghasilannya belum stabil. Namun, Roy tak berhenti sampai di situ. Dia mengedukasi si pelapak untuk mengelola keuangan dengan tertib agar usahanya bisa maju.
"Saya jelasin ke dia, saya bilang begini 'Bang Udin kalau benar benar usaha, sehari kalau misalnya dapat sekian disimpan sekian, karena kalau dijumlahkan satu bulan bapak dapat sekian bapak bisa setor dong'," kata Roy kala itu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Roy sadar betul apa yang dilakukannya itu cukup berisiko, lantaran penghasilan si pelapak yang tak menentu. Tapi, di hati kecil ia meyakini orang itu bakal bertanggung jawab dan suatu saat usahanya bisa berkembang.
"Ada keraguan, kalau tidak berhasil bagaimana gitu kan. Pasti saya diaudit," ungkap Roy.
"Tapi saya lihat orang itu dari karakternya. Kalau dia penghasilan belum seberapa tapi dia ulet tekun saya berani kasih. Tapi sebaliknya, kalau dia kelihatan malas-malasan walaupun usaha sudah cukup besar saya nggak mau kasih," cetus Roy.
Setelah diyakinkan, pelapak itu akhirnya mau mengambil kredit usaha Rp 20 juta. Intuisi Roy ternyata tepat. Modal tersebut berhasil diolah dengan baik hingga akhirnya si pelapak itu kini menjadi pengusaha sukses. Selain berjualan perkakas, ia kini punya kios kelontong dan bisnis sparepart sepeda motor.
detikcom bersama BRI mengadakan program Tapal Batas yang mengulas perkembangan ekonomi, infrastruktur, hingga wisata di beberapa wilayah terdepan Indonesia. Untuk mengetahui informasi dari program ini ikuti terus berita tentang Tapal Batas di tapalbatas.detik.com!
(akn/ega)