Aduh! Perubahan Iklim 2020-2024 Bikin Dompet RI Boncos Rp 544 T

Shafira Cendra Arini - detikFinance
Senin, 21 Agu 2023 12:48 WIB
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa/Foto: Shafira Cendra Arini/detikcom
Jakarta -

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa mengatakan, perubahan iklim memberikan pengaruh besar bagi perekonomian. Diproyeksikan kurun 2020-2024 perubahan iklim menyebabkan potensi kerugian negara Rp 544 triliun.

"Diperkirakan kurun 2020-2024 perubahan iklim menyebabkan potensi kerugian ekonomi Rp 544 triliun," kata Suharso dalam acara Dialog Nasional Antisipasi Dampak Perubahan untuk Pembangunan Indonesia Emas 2045, di Kantor Kementerian PPN/Bappenas, Jakarta Pusat, Senin (21/8/2023).

Indonesia sebagai negara kepulauan yang terletak di ring of fire, bencana alam yang ada didominasi oleh bencana hidrometeorologi. Suharso mengatakan, setidaknya kerugian akibat bencana mencapai Rp 22,8 triliun per tahun dan menimbulkan korban jiwa 1.183 orang dalam 10 tahun terakhir.

"Karena itu dibutuhkan intervensi kebijakan, dan potensi kebijakan ini berasal dari penggenangan pesisir, kelangkaan air, kecelakaan kapal, kelangkaan beras, dan peningkatan kasus penyakit sensitif, dan lain sebagainya," ujarnya.

Suharso mengatakan, munculnya kondisi iklim seperti sekarang ini salah satunya dipicu oleh aktivitas manusia yang tak mempertimbangkan keberlanjutan lingkungan, salah satunya dilihat langsung di Nusa Tenggara Barat (NTB). Di sana terjadi abrasi yang menyebabkan penduduk kehilangan tanah empat meter setiap tahunnya. Ternyata salah satu penyebabnya ialah tanaman mangrove ludes karena dipotong untuk dijadikan bonsai.

"Kalau dijual itu mahal sekali jadi mereka potong untuk dibonsai, jadi ada distance knowledge bagi masyarakat setempat tentang kekayaan ini. Saya juga kemarin melihat di Bali juga bersaing membuka beach lounge, membuat kafe segala macam di pantai dan menurut saya akibatnya hanya butuh waktu pantai di sana menyeruak dihabisi," katanya.

"Sebagai negara kepulauan tentu perubahan iklim akan sangat signifikan terdampak di pesisir sebagaimana kita saksikan. Dan kenaikan muka air laut berkisar 0,8-1,2 cm per tahun dan banyak daerah di Indonesia yang tenggelam secara permanen. Contohnya daerah Pekalongan," tambahnya.

Tak hanya di Indonesia, kekhawatiran akan dampak perubahan iklim juga menghantui penduduk dunia. Suharso mengatakan, suhu rata-rata permukaan bumi terus meningkat dan kini sudah mencapai di atas 1,09 derajat Celcius kenaikannya dibandingkan periode 1850-1900.

Selain itu, per 18 Agustus 2023 kemarin tercatat konsentrasi CO2 global di atmosfer mencapai 419,55 parts per million atau naik 6,3% dibandingkan dengan tahun 2011. Ini juga disertai dengan kenaikan muka air laut 3 kali lipat dari 1900-1971 akibat mencairnya lapisan es di kutub.

"Dengan meningkatnya suhu di atas 1 derajat Celcius, semua sistem kehidupan akan terganggu, ketersediaan SDA berkurang, potensi kekeringan tentu akan naik. Dan dalam situasi seperti itu wabah penyakit dan bencana alam mudah hadir, dan diperkirakan lebih dari 100 juta penduduk dunia akan miskin," kata Suharso.

Simak Video 'Kualitas Udara Jakarta Terburuk di Dunia, Siapa yang Salah?':






(shc/ara)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork