Dolar AS Nyaris Rp 15.000, Perlukah Gerakan Cinta Rupiah?

Dolar AS Nyaris Rp 15.000, Perlukah Gerakan Cinta Rupiah?

Hendra Kusuma - detikFinance
Rabu, 05 Sep 2018 09:52 WIB
Dolar AS Nyaris Rp 15.000, Perlukah Gerakan Cinta Rupiah?
Menko Perekonomian Darmin Nasution/Foto: Trio Hamdani

Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution mengimbau untuk tidak membandingkan kondisi rupiah saat ini dengan 20 tahun lalu atau pada saat krisis moneter 1998.

Darmin menjelaskan, waktu krisis 1998 rupiah berawal dari titik sekitar Rp 2.800 dan melemah ratusan persen menjadi Rp 16.650. Sedangkan pada pemerintahan kabinet kerja awalnya rupiah berada di level sekitar Rp 12.000 menjadi Rp 14.000.

"Jangan bandingkan Rp 14.000 sekarang dengan Rp 14.000 20 tahun lalu. 20 tahun lalu itu berangkatnya dari Rp 2800 naik ke Rp 14.000," kata Darmin di Komplek Istana, Jakarta, Selasa (4/9/2018).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Jadi maksud saya cara membandingkan juga itu ya dijelaskan lah, nggak sama kenaikan dari Rp 13.000 ke Rp 14.000 sekian dengan dari Rp 2.800," tambahnya.

Menurut Darmin, perbedaan yang mencolok soal pelemahan rupiah pada saat krisis dan sekarang dapat dilihat dari rentang pelemahannya, di mana pada 1998 rentang pelemahannya mencapai 732,5% dari Rp 2.000 menjadi Rp 16.650.

"Persoalan tahun 19998 itu 5-6 kali lipat itu. Maksud saya jangan kemudian dianggap apa kebijakan masih efektif. Nah itu kan bencana banget pandangannya," jelas dia.

Darmin menegaskan, nilai rupiah yang saat ini melemah pun masih bisa tertahan dengan fundamental ekonomi nasional yang masih sehat.

Dia mengakui bahwa masalah pelemahan rupiah saat ini salah satunya karena defisit transaksi berjalan. Akan tetapi, kondisi defisit tersebut jika dibandingkan pada saat 2014 masih lebih kecil, begitu juga dengan negara berkembang lainnya seperti Argentina dan Turki.

Hide Ads