Dolar AS Nyaris Rp 15.000, Perlukah Gerakan Cinta Rupiah?

Dolar AS Nyaris Rp 15.000, Perlukah Gerakan Cinta Rupiah?

Hendra Kusuma - detikFinance
Rabu, 05 Sep 2018 09:52 WIB
Dolar AS Nyaris Rp 15.000, Perlukah Gerakan Cinta Rupiah?
Foto: Pradita Utama

Waktu krisis 1998 nilai dolar AS berada di kisaran Rp 16.500. Saat ini, dolar AS tembus ke level Rp 14.900.

Apa iya Indonesia menuju krisis? Jika tidak apa bedanya nilai Rupiah kini dan 20 tahun lalu?

Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk (BCA) Jahja Setiaatmadja menjelaskan kondisi Indonesia saat ini tidak mirip dengan era 97-98. Menurut dia 20 tahun lalu ada masalah politik yang kuat dan terlalu runyam.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kalau sekarang itu Indonesia, sepenuhnya masalah ekonomi dan sentimen global," kata Jahja kepada detikFinance, Selasa (4/9/2018).

Jahja mengharapkan, isu ekonomi ini tidak dijadikan bahan untuk politik, meskipun di dunia politik semua cara dihalalkan.

Ekonom Bank Permata Josua Pardede menjelaskan, saat ini nilai tukar sebagian negara berkembang cenderung terkoreksi terhadap dolar AS, namun kondisi ini masih jauh dari krisis 1998.

Dia menjelaskan kondisi fundamental perekonomian Indonesia sekarang sangat berbeda dengan kondisi fundamental pada tahun 1998. Saat itu krisis yang berawal dari krisis mata uang Thailand Bath juga diperburuk dengan pengelolaan utang luar negeri swasta yang tidak prudent karena sebagian utang luar negeri swasta tidak memiliki instrumen lindung nilai.

Josua mengungkapkan, saat itu penggunaan utang jangka pendek untuk pembiayaan usaha jangka panjang, serta utang luar negeri yang dipergunakan untuk pembiayaan usaha yang berorientasi domestik.

"Krisis utang swasta pada 1997-1998 tersebut yang mendorong tekanan pada rupiah di mana tingkat depresiasi rupiah mencapai sekitar 600% dalam kurun waktu kurang dari satu tahun, yaitu dari Rp 2.350 per dolar menjadi Rp 16.000 per dolar," kata Josua.

Hide Ads