Berdasarkan keterangan tertulis PTBA seperti dikutip detikcom Senin (28/10/2019), perusahaan mencatatkan kenaikan penjualan batu bara hingga September 2019 menjadi 20,6 juta ton atau naik 10,7% dari periode yang sama di tahun sebelumnya. Kenaikan penjualan itu ditopang oleh kenaikan produksi batu bara menjadi 21,6 juta ton atau naik 9,6% dari periode yang sama di tahun sebelumnya.
"Kenaikan penjualan batu bara ini tak lepas dari strategi penjualan yang diterapkan oleh Perseroan dengan menyasar ekspor batu bara ke beberapa negara seperti India, Hong Kong, Filipina dan sejumlah negara Asia lain, serta menyasar pasar ekspor baru seperti ke Jepang dan Korea Selatan," bunyi keterangan tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tak hanya mendorong penjualan ekspor ke negara-negara Asia, perseroan juga menerapkan penjualan ekspor batu bara medium to high calorie ke premium market," bunyi keterangan ini lebih lanjut.
Lebih lanjut, sampai dengan kuartal III-2019 perseroan mencatatkan pendapatan usaha sebesar Rp 16,3 triliun, yang terdiri dari pendapatan penjualan batu bara domestik sebesar 56%, penjualan batu bara ekspor sebesar 42% dan aktivitas lainnya sebesar 2% yang terdiri dari penjualan listrik, briket, minyak sawit mentah, jasa kesehatan rumah sakit dan jasa sewa.
Pendapatan usaha ini dipengaruhi oleh harga jual rata-rata batu bara yang turun sebesar 7,8% menjadi Rp 775.675/ton dari Rp 841.655/ton di periode sampai dengan September 2019 dibandingkan tahun sebelumnya.
Penurunan tersebut disebabkan oleh pelemahan harga batu bara indeks Newcastle (GAR 6322 kkal/kg) sebesar 25% menjadi rata-rata sampai dengan September 2019 sebesar US$ 81,3 per ton dari US$ 108,3 per ton pada periode yang sama tahun lalu. Demikian juga indeks harga batu bara thermal Indonesia (Indonesian Coal Index/ ICI) GAR 5000 yang melemah sebesar 21% menjadi rata-rata sampai dengan September 2019 sebesar US$ 50,8 per ton dari US$ 64,5 per ton pada periode yang sama tahun lalu.
Sementara, beban pokok penjualan hingga September 2019 ini tercatat sebesar Rp 10,5 triliun atau mengalami kenaikan sebesar 13% dari periode yang sama tahun sebelumnya yaitu sebesar Rp9,4 triliun.
(ara/ara)