Trump atau Biden yang Menang, Dolar AS Diprediksi Tetap Loyo

Trump atau Biden yang Menang, Dolar AS Diprediksi Tetap Loyo

Soraya Novika - detikFinance
Rabu, 04 Nov 2020 09:18 WIB
Nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) terhadap rupiah akhirnya tembus ke level Rp 15.000. Ini adalah pertama kalinya dolar AS menyentuh level tersebut pada tahun ini.
Dolar AS/Foto: Rengga Sancaya
Jakarta -

Dolar Amerika Serikat (AS) diprediksi bakal tetap loyo siapapun yang memenangkan pilpres kali ini. Pasalnya, dolar AS memang sudah melemah sejak masa Donald Trump.

Segala kebijakan yang diterapkan Trump seperti pemotongan pajak dan beberapa penurunan suku bunga The Federal Reserve mendorong nilai greenback (dolar AS) terseret lebih rendah dari sebelumnya. Sekalipun Trump kalah dari Joe Biden, dolar AS mungkin tidak akan pulih secara dramatis dalam waktu dekat ini.

Pemerintahan Biden kemungkinan akan mendorong lebih banyak stimulus bagi konsumen dan bisnis kecil karena adanya pandemi COVID-19, terutama jika gelombang biru memberi Demokrat kendali atas Senat.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Stimulus ini kemungkinan besar akan melemahkan dolar AS sedikit lebih jauh atau setidaknya membuatnya relatif stagnan dari nilai sebelumnya. Biden mungkin juga mendorong peningkatan belanja pemerintah yang sudah lama tertunda untuk infrastruktur serta investasi dalam program tenaga surya, angin, dan energi hijau lainnya.

Pengeluaran yang lebih tinggi tadi dapat diseimbangkan dengan pendapatan tambahan ke kas pemerintah jika Biden serius menarik kembali sebagian pemotongan pajak yang diberlakukan Trump selama ini.

ADVERTISEMENT

"Hasil 'gelombang biru' mungkin negatif untuk greenback karena paket stimulus yang lebih besar oleh Demokrat mengangkat tekanan inflasi," kata analis riset senior di FXTM Lukman Otunuga dikutip dari CNN, Rabu (4/11/2020).

Namun, beberapa ahli mata uang mengatakan ada kemungkinan dolar AS terdongkrak jika Biden memenangkan pilpres. Alasannya, Biden kemungkinan mengambil kebijakan yang lebih lunak tentang tarif dengan sekutunya seperti Eropa, Meksiko, dan Kanada.

Pemerintahan Biden juga mungkin menggunakan langkah-langkah multilateral diplomatik yang lebih baik terhadap China sebagai metode utama untuk menangani masalah ekonomi di luar perdagangan, seperti pencurian kekayaan intelektual. Tetapi kenyataannya, masih lebih banyak pengeluaran pemerintah yang cenderung membuat dolar AS lesu, tidak peduli apa yang terjadi dengan kebijakan luar negeri AS.

Ahli strategi dari BlackRock Investment Institute menulis dalam sebuah laporan hari Senin bahwa mereka mengharapkan dampak positif terhadap pertumbuhan global dari peningkatan stimulus fiskal, perdagangan AS dan kebijakan luar negeri yang lebih dapat diprediksi jika Biden menang.

Kebijakan The Fed juga tak kalah penting. Siapa calon pemimpin The Fed yang dipilih Trump atau Biden menjadi penentu. Banyak yang meyakini, kedua calon presiden itu bakal menunjuk Jerome Powell untuk masa jabatan keduanya sebagai Gubernur The Fed.

Untuk diketahui, masa jabatan Powell baru berakhir pada Februari 2022, jadi dia kemungkinan harus dicalonkan kembali tahun depan agar memiliki cukup waktu untuk mendapatkan persetujuan Senat. Jika Powell tetap di posisi itu, investor mungkin akan mengharapkan suku bunga tetap lebih rendah untuk waktu yang lebih lama. Kebijakan ini kemudian bisa memberikan tekanan lebih lanjut pada dolar AS.

Indeks dolar AS terhadap euro, pound Inggris, yen Jepang, dan beberapa mata uang global utama lainnya anjlok lebih dari 7% sejak Trump menjabat pada 2017 lalu.

Dolar AS sempat melonjak sebentar tahun ini sebelum ada COVID-19 yang mengerem ekonomi AS. Tapi sekarang turun sekitar 3%, meskipun penurunan itu bukan yang terburuk di dunia bagi investor, karena penurunan dolar AS adalah salah satu faktor penentu bagi investor untuk berkontribusi pada sebuah perusahaan teknologi besar dan perusahaan multinasional lainnya.

Dolar AS yang lebih lemah memiliki keuntungan bagi perusahaan seperti Apple (AAPL), Coca-Cola (KO) dan Procter & Gamble (PG) karena membuat barang dan jasa mereka lebih murah untuk dibeli di pasar luar negeri.

Ada juga keuntungan akuntansi. Perusahaan diizinkan untuk melaporkan pendapatan yang lebih tinggi dari pasar luar negeri saat mereka menerjemahkan penjualan internasional ke dolar AS dalam rilis pendapatan kuartalan mereka.

Jadi, tidak juga akan menguntungkan Biden atau Trump saat menjalankan kebijakan ekonomi yang menyebabkan kenaikan substansial dalam dolar AS. Namun, perlu dicatat bahwa dolar AS tetap menjadi investasi safe haven saat terjadi gejolak.

Bagaimanapun, sementara seluruh dunia masih berupaya pulih dari pandemi, ekonomi AS membukukan pertumbuhan yang luar biasa pada kuartal III menyusul rekor penurunan pada kuartal II lalu.


Hide Ads