Jangan Kebablasan! Ini Bahaya Ngutang buat Beli Saham

Jangan Kebablasan! Ini Bahaya Ngutang buat Beli Saham

Danang Sugianto - detikFinance
Selasa, 19 Jan 2021 06:15 WIB
Saham PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS) melejit pada perdagangan Selasa (5/1/2021) gegara Raffi Ahmad dan Ari Lasso mempromosikannya.
Foto: Grandyos Zafna
Jakarta -

Siapa sangka di tengah pandemi COVID-19 ternyata antusias masyarakat berinvestasi di pasar modal semakin meningkat. Terbukti di tahun pandemi COVID-19 saja jumlah investor ritel justru semakin banyak

Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat investor pasar modal sepanjang 2020 meningkat 56% menjadi 3,87 juta, berdasarkan data Single Investor Identification (SID).

Obrolan tentang saham di media sosial pun semakin ramai. Bahkan tokoh, artis hingga influencer tiba-tiba menjelma menjadi 'imam' trading saham. Jamaahnya ya investor newbie itu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Rebound Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dengan dihiasi saham-saham yang terbang tinggi membuat para investor newbie semakin terbuai. Kapan lagi bisa ternak uang dengan cepat di saham. Cuan pun membuat mereka percaya diri dan merasa sudah jago trading saham.

Namun di tengah euforia trading saham saat ini mulai bermunculan teriakan minta tolong dari investor-investor baru. Di medsos ramai postingan sebuah foto yang berisi penggalan beberapa tangkapan layar pesan singkat yang berisi investor mengeluh beli saham pakai uang panas.

ADVERTISEMENT

Dalam postingan itu ada yang mengeluh beli saham pakai uang istrinya, ada yang mengaku meminjam hingga 10 aplikasi pinjol hingga Rp 170 juta untuk membeli 500 lot saham ANTM. Ada juga yang membeli saham KAEF dengan menggunakan uang arisan dan uang titipan ibu-ibu PKK. Ada juga yang beli saham dengan menggadaikan tanah dan BPKB mobil, dan cerita-cerita miris lainnya.

Pemerhati dan Praktisi Pasar Saham, Desmond Wira menilai keanehan itu terjadi dikarenakan pandemi COVID-19 yang membuat susah banyak orang justru mendorong orang untuk mencari sumber pemasukan lainnya. Banyak orang pun berpikir pasar saham merupakan jalan pintas untuk menjaring uang dengan mudah.

"Kebetulan saat pandemi banyak orang yang tinggal di rumah, berusaha mencari penghasilan tambahan. Salah satu yang dilirik pasar saham yang kebetulan setelah anjlok dalam saat pandemi, lalu rebound tajam. Ini sangat menarik terutama orang awam. Easy money dianggapnya," tuturnya kepada detikcom, Senin (18/1/2020).

Kebetulan pasar saham tengah rebound setelah anjlok parah diterpa pandemi COVID-19 di kuartal I-2020. Banyak saham-saham yang terbang tinggi, membuat investor newbie itu semakin jatuh cinta dengan kemolekan saham-saham di pasar modal.

Di tengah euforia meroketnya pasar tiba-tiba muncul fenomena para tokoh, artis dan influencer yang ramai-ramai berbicara saham. Dengan memamerkan portofolionya membuat para investor newbie terhipnotis dan menjadikan mereka sebagai rujukan.

"Saat rebound kan pasar saham relatif tidak ada koreksi. Apalagi sekarang banyak 'influencer' saham di sosial media, mulai dari FB, IG, twitter, tiktok. Semakin ramailah yang ikut ke pasar saham," kata Desmond.

Nah tiba-tiba setelah itu muncul postingan menghebohkan itu tentang adanya investor newbie yang nekat membeli saham menggunakan uang panas. Mulai dari utang pinjol, nilep uang arisan hingga gadai surat rumah dan BPKB mobil.

Menurut Praktisi dan Inspirator Investasi sekaligus penulis buku Bandarmology, Ryan Filbert rentetan fenomena itu terjadi sebenarnya terbaca polanya.

"Itu adalah kondisi umum yang terjadi ketika orang dalam keadaan susah, ingin cari uang cepat dan hari ini ada kemudahaan dengan pinjol. Jadi ya mereka bukan sebagai investor tapi sebagai spekulator," tuturnya.

Menurut Ryan bukan tidak mungkin rentetan fenomena itu terjadi karena ada dalang di belakangnya yang disebut sebagai bandar. Nah bandar ini sebenarnya dibutuhkan dalam sebuah saham agar membuat saham itu tetap sehat.

Namun terkadang bandar ini berubah wujud menjadi bandit. Nah bandit inilah yang bisa jadi sebagai dalangnya. Dia memanfaatkan momentum ketika pasar tengah dibanjiri investor newbie.

Baca di halaman selanjutnya siasat bandit pasar modal incar investor newbie.

Bagi bandit untuk menggerakkan sebuah saham sangat mudah. Ryan menjelaskan ada 3 unsur yang dibutuhkan untuk menggerakkan saham, pertama harus memiliki uang dalam jumlah yang sangat banyak.

Uang itu tentu untuk membeli saham tersebut. Contoh sebuah saham rata-rata nilai transaksi nya Rp 100 miliar per hari. Jika ada sosok yang memiliki uang Rp 300 miliar maka dia bisa mengatur pergerakan saham itu selama 3 hari.

Kedua, memegang saham dalam jumlah yang sangat banyak, apalagi jika menjadi pengendali. Ketiga memiliki massa yang sangat banyak, dalam artian bisa memberikan pengaruh kepada investor dalam jumlah yang besar.

"Jika memiliki 1 saja dari 3 hal itu sudah bisa menggerakkan saham, apalagi jika punya 3 hal itu," tambah Ryan.

Untuk urusan massa, jika si bandit tak punya hal itu bisa saja dia membayar orang yang memiliki pengaruh yang luas di media sosial seperti influencer.

Si bandit seperti memasang jebakan, ketika massa influencer itu terpengaruh dan membeli saham yang dimaksud si bandit tinggal melepas saham sesuai harga yang dia inginkan.

Maka dengan semakin bertambahnya investor newbie sama saja menambah mangsa bagi para bandit ini.

"Banditnya ini nggak tambah banyak, ini bandit lama yang dapat korban baru saja. Tapi itu menurut saya loh ya. Banyak newbie yang masuk berarti mangsanya dia bertambah," tutupnya.


Hide Ads