Ia mengatakan, semakin banyak jumlah follower yang dimiliki, maka semakin besar dampaknya. Oleh karena itu, ia meminta agar para influencer di media sosial tak menyebarkan suatu informasi tanpa memikirkan tanggung jawab moralnya.
"Wong 1 orang influencer saja bisa punya lebih besar follower daripada (populasi) Malaysia, 60 juta, 30 juta, 12 juta. Digabung-gabung (populasi) ASEAN tuh semua influencer. Kalau sudah bicara saham, orang pasti percaya saja. Guys, at the end it's your moral obligation, kalau ini semua jatuh, yang receh juga kalian," imbuhnya.
Namun, peringatan itu tak berarti menakut-nakuti para investor baru. Ia mengatakan, bertambahnya jumlah investor juga punya sisi positif. Pada faktanya, Indonesia memang tengah mengejar jumlah investor agar bertambah. Pasalnya, dari total populasi di Indonesia, hanya segelintir yang sudah terdaftar sebagai investor di BEI.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jangan lupa, 4 juta itu sebenarnya masih sangat kecil dibandingkan negara lain. Kita memang ingin banyak orang berinvestasi di saham. Kita 280 juta orang, dan kita baru 1,5 juta awalnya, belum sampai 2%. Kita ingin paling tidak 10-15% yang bisa masuk BEI, bukan hanya saham, ada pembelian obligasi, reksa dana, macam-macam. Ini soal saham, patut kita perhatikan bersama," pungkasnya.
(vdl/fdl)