Saham Digembok Bursa, Krakatau Steel Buka Suara

Andi Hidayat - detikFinance
Jumat, 11 Jul 2025 15:04 WIB
Krakatau Steel/Foto: Andi Hidayat/detikcom
Jakarta -

PT Krakatau Steel Tbk (KRAS) buka suara soal suspensi atau penghentian sementara saham yang dilakukan Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Senin (7/7). Suspensi ini dilakukan lantaran lonjakan harga saham KRAS yang dinilai tidak wajar.

Terkait hal tersebut, Manajemen Krakatau Steel menggelar acara public expose insidentil berkaitan dengan suspensi tersebut. Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko Krakatau Steel, Daniel Fitzgerald Liman menerangkan acara tersebut digelar berdasarkan instruksi Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan BEI).

Di sisi lain, Daniel juga menekankan pergerakan saham KRAS terjadi semata-mata akibat dinamika pasar. Namun begitu, suspensi saham KRAS tidak terjadi pertama kalinya sepanjang 2025. Sebelumnya, saham Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ini juga disuspensi akibat masuk dalam papan pemantauan unusual market activity (UMA) di awal 1 Juli 2025.

Kemudian, terang Daniel, BEI kembali membuka saham KRAS di perdagangan saham pada tanggal 2 Juli 2025. Kemudian pada 7 Juli 2025, saham KRAS kembali disuspensi sampai waktu yang belum ditentukan akibat kenaikan harga saham yang dinilai tak wajar.

"Dapat kami sampaikan bahwa pergerakan saham perseroan yang terjadi selama periode tersebut Sepenuhnya merupakan dinamika pasar dan tidak berkaitan dengan informasi material yang belum diungkapkan kepada publik," terang Daniel kepada wartawan dalam acara Public Expose virtual, Jumat (11/7/2025).

Kinerja Krakatau Steel

Di sisi lain, Daniel juga menyampaikan kinerja keuangan Krakatau Steel untuk menjawab untuk menjawab keraguan yang muncul pada para pemegang saham. Hingga kuartal I-2025, Krakatau Steel mencatat produksi 226 ribu ton.

Pendapatan Krakatau Steel hingga Maret 2025 juga tercatat sebesar US$ 234,8 juta 3,80 triliun (kurs Rp 16.216). Dengan begitu, Krakatau Steel mengantongi laba kotor sebesar US$ 12,9 juta atau sekitar Rp 209,22 miliar. Namun, Krakatau Steel masih rugi US$ 45,4 juta atau sekitar Rp 736,33 miliar.

"Untuk saat ini, net profit perusahaan masih di posisi rugi US$ 45,4 juta sampai dengan bulan Maret 2025. Secara keseluruhan, perseroan masih mencatatkan rugi bersih pada periode ini, yang disebabkan oleh kondisi fasilitas hot strip mill yang masih dalam periode ramp up, upaya masuk kembali ke pasar, serta beban keuangan yang masih tinggi," ungkapnya.

Hingga Maret 2025, Krakatau Steel mencatat aset sebesar US$ 2,918 miliar, liabilitas sebesar US$ 2,497 miliar, dan ekuitas sebesar US$ 421 juta. Ke depan, Daniel menyebut pihaknya akan terus melakukan restrukturisasi.

"Restrukturisasi lanjutan di mana perseroan sedang menyusun rencana penyehatan keuangan atau RPK Secara menyeluruh sehingga perseroan dapat beroperasi secara optimal sekaligus menjamin keberlangsungan usaha. Di sini kami berharap akan mendapatkan dana pembayaran yang lebih panjang serta bunga yang jauh lebih ringan untuk mendukung bottom line," pungkasnya.

Simak juga Video: Apakah Akan Ada Koreksi Pasar Mendadak?




(ara/ara)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork