Stock Watchlist

Fundamental Vale Indonesia Merah Dijepit Harga Nikel, Sahamnya Masih Prospek?

Andi Hidayat - detikFinance
Kamis, 31 Jul 2025 13:16 WIB
Halaman ke 1 dari 3
Tambang nikel PT Vale/Foto: Eduardo Simorangkir
Jakarta -

Emiten anggota MIND ID, PT Vale Indonesia Tbk (INCO) membukukan kinerja keuangan negatif di kuartal II dan semester I 2025. Menurunnya kinerja fundamental perseroan terjadi seiring melemahnya rata-rata harga nikel. Padahal, perseroan mencatat pertumbuhan dari segi produksi nikel di kuartal II 2025.

Dikutip dari Keterbukaan Informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (31/7/2025), Vale Indonesia mencatat pertumbuhan produksi nikel matte sebesar 9% di kuartal II 2025, menjadi 18.557 metrik ton dibandingkan periode sebelumnya sebesar 17.027 metrik ton. Secara tahunan, produksi nikel Vale juga tercatat tumbuh 12%.

Kemudian sepanjang semester I 2025, produksi nikel matte Vale Indonesia juga tercatat tumbuh meski terbilang tipis, yakni sebesar 2% menjadi 35.584 metrik ton dari 34.774 metrik ton di periode yang sama tahun sebelumnya. Namun, pertumbuhan produksi tidak sebanding dengan penjualannya.

Vale mencatat penurunan jumlah penjualan nikel matte sepanjang semester I 2025, yakni menjadi 35.119 metrik ton dari 35.680 metrik ton di semester I 2024. Menurunnya jumlah penjualan nikel matte ini juga sejalan dengan melemahnya harga rata-rata komoditas tersebut, yang tercatat US$ 12.014 per ton dari US$ 13.418 per ton di semester I 2024.

Alhasil, pendapatan Vale turut terkoreksi selama semester I 2025, menjadi US$ 426,73 juta dari US$ 478,75 juta di periode yang sama di tahun sebelumnya. Jika ditinjau per kuartal, laba Vale Indonesia merosot tajam yakni sebesar US$ 3,5 juta dari US$ 21,8 di kuartal I 2025.

Penyusutan tajam laba kuartalan Vale Indonesia ini terjadi akibat keuntungan satu kali atau one-off atas pengakuan nilai wajar aset derivatif sebesar US$ 16,6 juta. Hal ini yang menyebabkan menurun tajamnya pendapatan perseroan di kuartal II 2025. Sementara untuk beban pokok pendapatan, perseroan mencatat penyusutan di Semester I 2025, menjadi US$ 396,58 juta dari US$ 417,16 juta.

Sementara untuk pendapatan sebelum pajak atau EBITDA perseroan tercatat menyusut, baik secara kuartal maupun semester. Di kuartal II EBITDA perseroan tercatat sebesar US$ 40 juta dari US$ 51,7 juta. Kemudian sepanjang semester I 2025, tercatat sebesar US$ 91,7 juta dari US$ 124,85 juta di periode yang sama di semester sebelumnya.




(ara/ara)
HALAMAN SELANJUTNYA
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork