Namun, kata dia, sumber energi terbarukan itu berada di luar Jawa. Oleh karena itu, dibutuhkan jaringan transmisi guna menyambungkan sumber energi itu ke pusat-pusat permintaan listrik.
"Kita perlu membangun jaringan transmisi yang memungkinkan jaringan yang panjang, smart grid, smart control system, smart meter, semuanya. Jadi, biaya dari hari ini hingga 2040 kira-kira US$ 235 miliar," kata dia dalam panel diskusi di Mandiri Investment Forum (MIF) Indonesia 2025 di Hotel Fairmont, Senayan, Jakarta, Selasa (11/2/2025).
Dia mengatakan, pihaknya telah mencoba untuk menyambungkan energi terbarukan ke Pulau Jawa tapi sampai sekarang belum juga berhasil. Dia juga mencontohkan bagaimana geothermal yang ada di Sumatera tersambung ke Pulau Jawa.
"Saya telah mencoba merelokasi geothermal di Sumatera hingga ke Jawa Tengah dan Jawa Timur yang merupakan lokasi episentrum permintaan. Ini belum berhasil. Ada ketidaksesuaian lokasi sumber daya energi terbarukan dan juga episentrum industri dan episentrum permintaan," jelasnya.
PLN dengan pemerintah telah mencoba menganalisis bagaimana menyambungkan energi terbarukan itu ke pusat kebutuhan listrik terbesar. Analisis itu dilakukan bersama Badan Energi Internasional dan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Hasil diskusi itu ternyata Indonesia memerlukan jaringan transmisi sepanjang lebih dari 68.000 kilometer.
"Dari hari ini hingga 2034, 48.000 kilometer jaringan transmisi. Dari hari ini hingga 2040, 63.000 kilometer jaringan transmisi," tambahnya. (acd/acd)