Selain itu, Indonesia juga memegang 42% cadangan nikel global untuk produksi baterai dan sistem penyimpanan energi. Indonesia disebut dapat menjadi hub energi terbarukan regional di ASEAN dengan keunggulan strategis seluruh rantai pasok teknologi energi bersih global.
Sejalan dengan potensi tersebut, METI (Masyarakat Energi Terbarukan Indonesia) dan MAASKEI (Masyarakat Konservasi dan Efisiensi Energi Indonesia) menginisiasi gelaran The 12th IndoEBTKE ConEx 2025 di PIK 2, pada 26-28 November mendatang. Gelaran ini didukung lima asosiasi di sektor EBTKE lainnya, seperti AESI, AEAI Indonesia, GBCI Indonesia, APPLTA, hingga MEBI.
Ketua III METI, Widi Pancono menyebut gelaran ini lebih dari platform pertukaran pengetahuan, melainkan juga menjadi ruang membuka peluang pertumbuhan hijau dan mendorong kolaborasi strategis lintas sektor dan lintas negara. Ia menekankan pentingnya pembiayaan inovatif dalam percepatan energi terbarukan.
"Melalui IndoEBTKE ConEx 2025, kami mendorong sinergi antara sektor publik, swasta nasional, dan mitra internasional. Kita ingin membangun ekosistem energi bersih yang terkoneksi secara global, inklusif, dan tangguh," jelas Widi dalam keterangan tertulis, Sabtu (26/72025).
Tema yang diusung dalam gelaran ini Positioning Indonesia as a Regional Green Powerhouse to Support Indonesia Emas 2045. Ketua Umum MASKEEI Andhika Prastawa, menyebut tema tersebut sejalan dengan agenda pemerintah dalam mendorong transisi energi.
(ara/ara)