Kejar Swasembada BBM 2023, Pertamina Garap 6 Proyek Kilang Rp 500 T

Kejar Swasembada BBM 2023, Pertamina Garap 6 Proyek Kilang Rp 500 T

Michael Agustinus - detikFinance
Kamis, 30 Mar 2017 18:42 WIB
Foto: Hasan Al Habshy
Jakarta - Bahan bakar minyak (BBM) yang digunakan dalam aktivitas perekonomian dihasilkan dari kilang minyak. Minyak mentah yang berasal dari sejumlah lapangan minyak diolah menjadi BBM seperti, premium, pertalite, perta dex, pertamax, bio solar, dan avtur.

Tidak hanya BBM yang dihasilkan dari kilang minyak. Ada produk lain seperti paraxylene yang sangat diperlukan oleh industri petrokimia.

Saat ini, ada 6 kilang yang dioperasikan oleh PT Pertamina (Persero): Refinery Unit(RU) II Dumai, RU III Plaju, RU IV Cilacap, RU V Balikpapan, RU VI Balongan, dan RU VII Kasim. Sebetulnya ada satu kilang lagi, yaitu RU I Pangkalan Brandan. Hanya saja, dengan pertimbangan pengoperasian RU I tidak ekonomis lagi, pada 2007 RU I Pangkalan Brandan sudah tidak beroperasi lagi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kapasitas terpasang dari keenam kilang minyak ini adalah 1,05 juta barel per hari. Namun, dalam pelaksanaannya, produk BBM yang dihasilkan dari keenam kilang minyak ini sekitar 800-950 ribu barel per hari.

Baca juga: Tak Lagi Impor, Pertamina Bisa Mulai Ekspor Solar di 2023

Dalam satu tahun, dibutuhkan sekitar 72 juta kilo liter BBM. Sementara, Pertamina, sebagai BUMN Migas dapat memberikan kontribusi sekitar 39 juta kilo liter. Tidak ada jalan lain. Untuk memenuhi kebutuhan BBM, Pertamina melakukan impor minyak mentah dan BBM dari luar negeri.

Rasio ketergantungan akan impor minyak mentah dari tahun tahun semakin tinggi antara 33 – 44 persen. Hal ini tentu mengakibatkan devisa negara terkuras. Di sisi lain, kenaikan ini memperlihatkan kegiatan perekonomian Indonesia sedang tumbuh.

Atas pertimbangan perkembangan ekonomi Indonesia dan menyelamatkan devisa negara, Pertamina mengambil inisiatif untuk membangun infrastruktur yang dibagi dalam dua kelompok. Kelompok pertama, dilakukan pengembangan 4 kilang minyak yaitu RU V Balikpapan, RU VI Balongan, RU IV Cilacap, dan RU II Dumai. Program kerja ini dikenal dengan RDMP (Refinery Development Master Plan).

Kelompok kedua, dibangun kilang minyak baru (New Grass Root Refinery, NGRR) di Tuban dan Bontang.

"Tujuan dari pengembangan dan pembangunan kilang minyak adalah agar nantinya di tahun 2023, Pertamina bisa mewujudkan swasembada bahan bakar minyak seperti yang dicanangkan oleh Pemerintah Jokowi-JK dalam Nawacita," ujar Rachmad Hardadi, Direktur Megaproyek Pengolahan dan Petrokimia, PT Pertamina (Persero), dalam keterangan tertulis.

Baca juga: Proyek Kilang Pertamina Lebih Murah 50% dari Petronas, Kok Bisa?

Rachmad Hardadi menambahkan, dengan keenam proyek ini, kapasitas produksi kilang minyak yang dioperasikan oleh Pertamina nantinya menjadi, 2,2 juta barel per hari. Megaproyek 6 kilang minyak ini diperkirakan akan membutuhkan dana sekitar Rp 500 triliun.

Ada yang dikerjakan oleh Pertamina dan ada yang bekerja sama dengan perusahaan minyak dan gas yang sudah mempunyai reputasi internasional.

"Tantangan terbesar Direktorat Megaproyek Pengolahan dan Petrokimia adalah mewujudkan semua ini dalam kurun waktu 7 tahun dan selesai di tahun 2023. Dua tahun lebih cepat dari target pemerintah. Untuk itu, dukungan dari semua pihak sangat kami perlukan," pungkas Rachmad Hardadi. (mca/hns)

Hide Ads