Jauh sebelum tiang-tiang turbin raksasa PLTB Sidrap berjejer rapi di atas pebukitan, ada banyak proses yang sudah dilalui untuk bisa membangun pembangkit listrik tenaga angin skala komersial pertama di Indonesia tersebut. Sebelum memulai pembangunannya, PT UPC Sidrap Bayu Energi harus lebih dulu membangun sejumlah infrastruktur akses agar bahan-bahan material pembangun turbin bisa diangkut ke lokasi.
Maklum saja, material yang dibangun adalah komponen-komponen raksasa seperti tiang turbin berukuran panjang 80 meter yang didatangkan dari Cilegon, Banten. Kemudian baling-baling raksasa sepanjang 57 meter juga harus didatangkan dari China. Semua komponen tersebut harus diangkut dengan jarak yang cukup jauh dari pelabuhan ke atas wilayah perbukitan.
Sejumlah infrastruktur baru yang dibangun di antaranya perkuatan dermaga pelabuhan Parepare, pembongkaran JPO Walikota Parepare, perbaikan jalan dan perkuatan jembatan serta pemangkasan pohon.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Butuh waktu agak lama untuk membangun infrastruktur seperti jalan dan jembatan dari Pelabuhan Parepare ke Sidrap, jaraknya sekitar 30 kilometer. Untuk membangun infrastrukturnya saja itu setahun lebih," tambahnya.
Pengiriman komponen turbin yang terdiri dari 90 bagian tower, 30 unit hub, 30 unit rumah generator dan 90 bilah/baling turbin ke lokasi PLTB akhirnya bisa diselesaikan pada November 2017 lalu. Pengiriman dilakukan setelah 30 pondasi turbin dan perkuatan serta pembangunan jalan baru sepanjang 12 km hingga jembata sudah selesai dibangun.
Pekerjaan jaringan transmisi dan gardu induk 150 kV pun berhasil diselesaikan pada Januari 2018 lalu, sementara pemasangan turbin angin generator rampung pada minggu terakhir Januari 2018.
Saat ini ditargetkan gedung operasi dan pemeliharaan bisa beroperasi dalam 1 minggu ke depan. Sedangkan Commercial Operation Date (COD) bisa dilakukan di minggu ketiga Maret setelah uji coba atau tahap comissioning untuk 30 turbin rampung.