Sementara ICP SLC juga mengalami penurunan sebesar US$ 2,03 per barel dari US$ 72,05 per barel pada Juli 2018 menjadi US$ 70,02 per barel.
Selengkapnya perkembangan harga rata-rata minyak mentah utama di pasar Internasional pada bulan Agustus 2018 dibandingkan Juli 2018 sebagai berikut:
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
WTI (Nymex) turun sebesar US$ 2,73 per barel dari US$ 70,58 per barel menjadi US$ 67,85 per barel.
Basket OPEC turun sebesar US$ 1,17 per barel dari US$ 73,27 per barel menjadi US$ 72,10 per barel.
Brent (ICE) turun sebesar US$ 1,11 per barel dari US$ 74,95 per barel menjadi US$ 73,84 per barel.
Harga minyak mentah utama di pasar internasional mengalami penurunan yang diakibatkan oleh beberapa faktor yakni peningkatan suplai minyak mentah dari negara-negara Non OPEC yaitu berdasarkan publikasi International Energy Agency (IEA) bulan Agustus 2018. Proyeksi suplai minyak mentah dari negara negara Non OPEC meningkat sebesar 2 juta barel per hari di tahun 2018 menjadi sebesar 59,9 juta barel per hari.
Selain itu, berdasarkan publikasi OPEC bulan Agustus 2018, peningkatan suplai minyak mentah dari negara negara Non OPEC disebabkan oleh peningkatan suplai minyak mentah di Amerika Serikat (AS) dikarenakan kenaikan harga minyak di bulan sebelumnya, yang mendorong peningkatan produksi shale oil.
Selain itu, terdapat peningkatan produksi minyak mentah Brasil dari 11 proyek baru di daerah Santos Basin yang diprediksi menyimpan cadangan minyak yang besar, peningkatan produksi oil sands di Kanada dan Rusia, serta peningkatan produksi dari Meksiko dan Norwegia.
"Faktor lainnya adalah peningkatan suplai minyak mentah dari negara negara OPEC berdasarkan Publikasi OPEC bulan Agustus 2018, sebesar 41 ribu barel per hari menjadi 32,323 juta barel per hari, yang berasal dari beberapa negara antara lain Kuwait, Nigeria, UEA dan Irak," demikian laporan Tim Harga Minyak Indonesia dalam keterangannya, Rabu (5/9/2018).
Penyebab lainnya adalah peningkatan stok produk AS pada bulan Agustus 2018 dibandingkan bulan Juli 2018. Berdasarkan laporan Energy Information Administration (EIA) di mana Gasoline AS naik sebesar 1,8 juta barel menjadi 232,8 juta barel dan Distillate Fuel Oil AS naik sebesar 5,8 juta barel menjadi 130 juta barel.
Kondisi ketegangan geopolitik dan krisis ekonomi antara lain:
1. Rencana penerapan sanksi untuk Iran oleh AS. AS menghimbau beberapa negara antara lain India, Tiongkok dan Jepang, untuk berhenti melakukan impor minyak mentah dari Iran. Hal ini menyebabkan ketidakstabilan supply-demand minyak mentah Iran, dan membuat beberapa negara OPEC meningkatkan produksinya untuk menjaga kestabilan pasokan minyak mentah.
2. Terganggunya kondisi ekonomi Turki, yang diindikasikan dapat mempengaruhi negara-negara Eropa dan negara-negara berkembang lainnya.
Terakhir, penerapan kebijakan fuel efficiency di beberapa negara antara lain Tiongkok, India dan Brasil dan juga substitusi bahan bakar minyak dengan komoditas energi lainnya seperti listrik, gas dan biofuel dan menguatnya nilai mata uang dolar AS mendorong penurunan daya beli minyak mentah, juga menjadi sebab kenaikan harga minyak mentah internasional.
Untuk kawasan Asia Pasifik, penurunan harga minyak mentah dipengaruhi oleh beberapa faktor, yakni:
Masih berlanjutnya perang dagang antara AS dan Tiongkok yang dapat berdampak negatif pada pertumbuhan ekonomi dan perdagangan dunia, sehingga mengakibatkan penurunan permintaan minyak mentah.
Penurunan permintaan minyak mentah Jepang pada sektor transportasi dan industri, serta untuk pembangkit listrik, akibat penggunaan gas sebagai energi alternatif. (ara/zlf)