"Harga gas di sini komposisinya bagi industri itu berkontribusi 20-30%," katanya dalam Forum Diskusi Kadin di Menara Kadin, Jakarta, Rabu (25/9/2019).
Menurutnya, persaingan semakin ketat, sementara sektor industri terbebani biaya investasi yang besar, sulit dan mahalnya harga gas. Bahkan biaya produksi industri di Indonesia lebih mahal dibandingkan luar negeri, serta makin berkurangnya hambatan teknis (technical bariers) terhadap arus impor.
Dia pun menjelaskan bahwa industri Indonesia saat ini disalip oleh Vietnam. Negara tersebut kini memimpin di atas Indonesia. Maka tak aneh bila ada 33 perusahaan yang hengkang dari China tapi tak ada yang ke Indonesia dan lebih memilih Vietnam.
"Vietnam dulu apa? Kok sekarang dia sudah di atas ya kan. Kalau Presiden Jokowi marah ya nggak heran, 33 (perusahaan) dari China kaburnya nggak ada satupun yang ke Indonesia, kaburnya ke Vietnam, Thailand Malaysia," jelasnya.
Dia menjelaskan, sektor industri pengguna gas bumi merupakan penggerak perekonomian nasional dari devisa perolehan ekspor, pajak, dan penyerapan tenaga kerja langsung lebih dari 8,5 juta orang.