Meski tidak punya uang sebanyak itu, tapi Pertamina memiliki nama yang besar. Dengan modal itu tentu para kontraktor hingga pemasok rela antre demi mendapatkan proyek dari Pertamina.
"Lewat nama besar Pertamina itu, kontraktor, dan pemasok masih percaya. Tagihan pasti akan dibayar. Meski kadang harus kapan-kapan. Kontraktor dan pemasok masih akan rebutan. Inilah nafas proyek Pertamina yang sesungguhnya," tuturnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dengan adanya kontraktor dan pemasok maka proyek kilang itu masih bisa jalan. Terutama bagi kontraktor dan pemasok yang rela dibayar kapan-kapan.
Itu baru sebagian dari sumber modal Pertamina untuk membangun 3 kilang tersebut. Sisanya, Dahlan yakin diambil dari keuntungan penjualan harian BBM yang dinilai harganya tidak wajar.
"Sebagian lagi kan dari Anda. Lewat pembelian BBM yang harganya lebih mahal dari seharusnya itu. Pertamina punya dana internal. Yang sebagian adalah pendapat harian jualan BBM itu," terangnya.
Dahlan mengaku mendukung taktik pendanaan seperti itu. Agar proyek tetap jalan Pertamina sedang menjalankan kemampuan entrepreneurial-nya.
Pertamina diuntungkan dengan jaminan produknya pasti terjual habis dengan cepat. Itu artinya Pertamina bisa menjaminkan punya pendapatan pasti.
Di titik itu Pertamina sudah berbeda dengan perusahaan properti yang tadi dijelaskan. Menurut Dahlan di titik itu Pertamina kalah kelas dengan perusahaan properti yang menjual rumah mengikuti harga pasar.
"Yang saya dukung adalah taktik entrepreneurship-nya di tiga proyek itu. Bukan soal harga jual yang dibuat kemahalan itu," ucapnya.
(das/zlf)