Dalam catatan detikcom, tagihan listrik di masa pandemi memang menjadi keluhan pengusaha. Salah satunya pengusaha tekstil.
Sekretaris Eksekutif Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API), Rizal Tanzil Rakhman mengataka arus kas perusahaan terdampak wabah COVID-19, sementara listrik merupakan komponen pengeluaran perusahaan yang cukup besar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Cashflow industri kan terganggu karena pasar sepi sekali sekarang. Salah satu unsur biaya produksi kan listrik," ujar Rizal kepada detikcom, Kamis (2/4/2020).
Pihaknya pun juga meminta keringanan. Dia berharap pembayaran tarif listrik hanya 50% selama 6 bulan (April-September 2020). Sisa 50%-nya sebagai jaminan cicilan berupa giro mundur selama 12 bulan.
"Kami minta stimulus ke pemerintah untuk penangguhan pembayaran PLN 6 bulan ke depan (April-September 2020), jadi dicicil nanti 12 bulan," sebutnya.
Selain itu, ia juga meminta agar perhitungan tarif listrik minimum ditiadakan sementara waktu. Sehingga tarif listrik yang dibayar benar-benar hanya sesuai pemakaian.
"Jadi minimum rekening itu kita pakai (listrik) atau nggak pakai listrik tetap besar. Jadi kita minta itu dihapuskan untuk menjaga cashflow industri karena itu pengaruhnya besar ke cashflow kita. Sekarang market sepi artinya cashflow terganggu, sedangkan kewajiban bayar listrik tetap berjalan," ucapnya.
(acd/fdl)