PT PLN (Persero) akan melakukan konversi 5.200 pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) yang tersebar di 2.130 lokasi seluruh Indonesia menjadi pembangkit listrik dengan energi terbarukan. Tahap pertama, akan ada 200 PLTD yang diubah menjadi pembangkit listrik tenaga surya (PLTS).
Direktur Megaproyek PLN Ikhsan Asaad mengatakan rencana besar konversi 2.130 PLTD di seluruh Indonesia menjadi energi terbarukan dilakukan hingga tahun 2025. Potensi energinya ada 2 giga watt (GW).
"Ini ada 200 lokasi dahulu, tersebar di seluruh Indonesia. Tapi target besarnya ada (di lokasi) 2.130 yang masih pake diesel dari Sabang sampai Merauke, di Jawa juga ada, itu 2 GW," ungkap Ikhsan dalam konferensi pers virtual, Senin (2/11/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: RI Butuh Energi Murah, Apa Saja Pilihannya? |
Adapun 200 lokasi yang PLTD ini dipilih dengan tiga kriteria. Mulai dari mesinnya yang sudah tua, lokasinya yang terpencil, hingga biaya produksi yang tinggi.
"200 lokasi itu kriterianya di sana mesin sudah 15 tahun, lalu tempatnya isolated, dan biaya pokok produksinya tinggi," kata Ikhsan.
Ikhsan mengatakan pihaknya tak menutup kemungkinan melakukan penggunaan energi terbarukan lainnya selain tenaga surya dalam proyek konversi PLTD ini.
"Kita nggak hanya PLTS, memang pertama tahapannya tenaga surya, kami inventarisir, kami survey, itu gradiennya di 200 lokasi ini bagus. Kedua nanti berkembang ada Biomass, Minihydro, dan lainnya akan dikembangkan," ujar Ikhsan.
Desember ini pihaknya akan melakukan proses lelang untuk menggarap proyek konversi PLTD ini. Rencananya, kontruksi bisa diselesaikan antara tahun 2021 hingga 2022.
"Ini akan mulai proses lelangnya di Desember ini. Kemudian nanti COD (commercial operation date/waktu beroperasi) 2021-2022, setahun, karena lokasinya sulit dan jarak tempuh cukup sulit," kata Ikshan.
Untuk jumlah anggarannya sendiri, dia enggan mengungkapkan angka pastinya, hitungan kasarnya bisa mencapai Rp 100 triliun. Yang jelas proyek ini dikerjasamakan dengan Asian Development Bank (ADB).
"Wah huge money, makanya kita kerja sama dengan ADB untuk suistain financing-nya. Belum bisa saya sampaikan, tapi lets say 225 MW, misalnya 1 kWh 22 sen, kira-kira Rp 100 triliun lebih. Tapi itu perkiraan saya," ujar Iksan.
(fdl/fdl)